Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Awas! Ini Bahaya Polusi Udara bagi Ibu Hamil

Awas! Ini Bahaya Polusi Udara bagi Ibu Hamil

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Kualitas udara di Jakarta kembali menjadi sorotan. Maklum, ibu kota Indonesia ini sempat menempati urutan teratas dalam daftar kota dengan kualitas udara yang tidak sehat versi situs www.airvisual.com dengan nilai air quality index (AQI) mencapai 216.

Perlu diketahui, AQI adalah indeks yang dipakai AirVisual untuk mengukur tingkat polusi udara di sebuah kota. Indeks ini mempertimbangkan sejumlah polutan utama seperti PM2,5, PM10, karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, hingga ozon di permukaan tanah. Jenis polutan utama ini dikalkulasikan menjadi angka AQI yang rentang nilainya adalah 0-500. Semakin tinggi nilai AQI, maka semakin tinggi tingkat polusi udara. Nilai AQI di Jakarta diukur dengan alat yang ditempatkan di sejumlah titik, seperti Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta Pusat, Kemayoran, Rawamangun, dan Mangga Dua.


Efek terhadap Janin

Polusi udara tentu saja berakibat sangat buruk bagi kesehatan, termasuk bagi para ibu hamil dan janin yang tengah dikandungnya. Menurut data, janin dalam kandungan yang sering terpapar polusi udara akan lahir dengan berat badan lebih rendah dibandingkan bayi yang ibunya tinggal di lingkungan bersih. Hasil tersebut berdasarkan temuan peneliti di London yang menghitung paparan polusi udara pada ibu hamil.

Penelitian berlangsung sejak 2006 hingga 2010. Para peneliti mengumpulkan data berat berat badan dari 540.036 bayi yang lahir selama periode penelitian pada perempuan yang tinggal di daerah tersebut. Rata-rata paparan polusinya adalah 14 mikrogram per meter kubik PM 2,5. Partikel mungil ini dengan mudah masuk ke saluran udara terkecil di paru-paru.

Para peneliti menemukan fakta bahwa setiap kenaikan 5 mikrogram per meter kubik di PM 2.5, risiko bayi lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg) meningkat sebesar 15 persen. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah ini lebih berisiko menderita diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi di kemudian hari.

Sementara itu, peneliti dari Boston, Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa anak-anak di bawah usia 3 tahun berisiko menderita bronkitis, pneumonia, dan gangguan pernapasan jika dilahirkan oleh ibu yang tinggal di dekat jalan raya. Semakin dekat lokasi rumah dengan sumber polusi udara, semakin tinggi risiko gangguan pernapasan yang bakal dialami bayi tersebut kelak setelah dilahirkan.

Para peneliti juga mengungkapkan adanya kaitan antara autisme dan polusi udara. Anak-anak yang tinggal di dekat sumber polutan juga harus menghadapi risiko terdiagnosis autis 3 kali lebih besar dibandingkan anak yang tinggal jauh dari sumber polutan.


Efek bagi Ibu

Bagi sang ibu, dampak langsung polusi tentunya bisa dirasakan langsung, seperti munculnya gangguan pernapasan dan menurunnya fungsi paru-paru. Selain itu, polusi udara juga bisa menjadi pemicu penyakit kanker, khususnya kanker paru-paru. 

Karbon monoksida, salah satu gas beracun penyebab pencemaran udara, punya efek sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, dan bahkan tidak mengiritasi kulit dan mata. Akan tetapi menghirup karbon monoksida dalam jumlah banyak akan mencegah oksigen berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Sebagai gantinya, karbon monoksida yang akan berikatan langsung dengan hemoglobin. Akibatnya, pasokan oksigen ke jantung akan menurun sehingga mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen.


Tips Menghindari Polusi

Ada beberapa cara bagi Moms untuk bisa menghindari atau mengurangi efek polusi udara bagi Anda dan janin, yaitu:

1. Polusi udara akan terasa paling parah saat siang terik. Jadi Moms disarankan untuk membatasi aktivitas luar ruangan hanya di pagi dan sore hari.

2. Hindari berjalan, olahraga, atau bersepeda di jalan-jalan yang padat kendaraan bermotor. Jika tidak mungkin dihindari, pakailah masker.

3. Hemat listrik di rumah. Energi listrik dan sumber energi lainnya menciptakan polusi udara. Dengan mengurangi penggunaan energi, Anda dapat membantu meningkatkan kualitas udara dengan membatasi emisi gas rumah kaca. Matikan lampu pada pagi hingga siang hari.

4. Gunakan bus, commuter line, MRT/LRT, atau sarana transportasi alternatif ketimbang mengendarai mobil sendiri jika memungkinkan.

5. Perbanyak konsumsi makanan sehat, terutama yang kaya antioksidan, seperti buah-buahan dan sayuran segar. Antioksidan dapat membantu melindungi tubuh Anda dari efek bahaya radikal bebas yang diciptakan oleh pencemaran udara.

6. Pertimbangkanlah untuk membeli mesih pembersih udara ruangan (air purifier).

7. Rutin membersihkan filter AC.

8. Buka jendela guna mengalirkan udara lama dengan yang baru saat cuaca sedang teduh. Jangan izinkan siapa pun merokok di dalam ruangan. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)