Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Hati-hati jika Anda termasuk orangtua baru yang mengalami gangguan psikologis pasca-persalinan bayi Anda! Gangguan yang lazim dikenal dengan baby blues atau post-natal depression (PND) ini bila tidak ditangani dengan tepat bisa menyebabkan banyak kerugian, baik bagi pengidap maupun lingkungan tinggalnya. Tidak hanya ibu yang bisa mengalaminya, para ayah juga bisa! Salah satu kejadian tragis akibat baby blues yang tidak terkontrol dengan baik, yaitu cerita seorang ayah bernama Mark Bruton di Inggris yang tega membunuh putri kecilnya yang masih berusia 6 bulan pada 2011.
Mengapa baby blues bisa terjadi pada ayah? Menurut hasil penelitian Fatherhood Institute, Inggris, pria sama halnya seperti wanita, mereka harus berjuang keras dengan perubahan kehidupan yang besar saat bayi lahir. Perbedaan baby blues ibu dan ayah terletak pada usia bayi setelah lahir. Bila sejumlah ibu kerap langsung mengalaminya setelah persalinan, sementara fase kritis (puncak) baby blues para ayah terjadi 3 sampai 6 bulan setelah istri-istri mereka melahirkan.
Adrienne Burgess, Kepala Tim Peneliti Fatherhood Institute mengatakan, kurang tidur, kadar hormon yang tidak seimbang, dan meningkatnya tanggung jawab ayah adalah 3 faktor utama yang menyebabkan baby blues. Adrienne juga menjelaskan bahwa saat itu beberapa ayah yang terkena baby blues lebih mudah marah, karena merasa dirinya tidak mendapatkan perhatian dari pasangan mereka yang sibuk mengurus Si Kecil. Hal ini tentunya bisa menyebabkan keretakan rumah tangga bila tak segera ditangani.
Sementara itu Liz Wise, seorang konselor dari Association for Post-Natal Illness membenarkan penelitian tersebut. Ia menambahkan bahwa berdasarkan penelitiannya, baby blues bisa dideteksi pada saat kehamilan menginjak usia trimester ke-3. Karena itu, para calon ayah sangat membutuhkan perhatian psikologis yang sama dari kerabat dan rekan kerja mereka. Bila gangguan tersebut semakin memburuk, ada baiknya segera hubungi psikolog yang dapat dipercaya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (Anggita/DMO//Dok. M&B)