Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

6 Ketakutan yang Ibu Rasakan Menjelang Persalinan

6 Ketakutan yang Ibu Rasakan Menjelang Persalinan

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Saat waktu persalinan Anda sudah di ambang pintu, beragam perasaan cemas dan takut mungkin menghantui benak Anda ya, Moms. Mulai dari perjalanan ke rumah sakit sampai suasana di dalam ruang bersalin, semuanya mungkin terbayang bagai film horor yang mencekam. Apa saja yang Anda takutkan? Simak penjelasan dr. Fakriantini, Sp.OG mengenai hal tersebut berikut ini, yuk!


1. Tidak bisa sampai rumah sakit tepat waktu

Menjelang persalinan tiba, Anda pasti sudah menyiapkan segala keperluan untuk dibawa ke rumah sakit. Namun, jika semua tidak berjalan sesuai rencana, dan Anda tenyata mengalami puncak kontraksi di tengah perjalanan ke rumah sakit, Anda harus mencoba untuk tetap tenang.

Atur napas sebaik mungkin, tarik napas dalam, dan hembuskan perlahan. Cari posisi duduk atau tidur yang nyaman. Jika kontraksi Anda sudah semakin intens dengan interval yang cukup dekat, dan Anda merasa janin sudah berada di ujung jalan lahir, berhentilah segera. Anda harus segera masuk ke rumah sakit atau klinik terdekat, meskipun itu bukan rumah sakit langganan Anda.


2. Mengalami komplikasi serius

Komplikasi dapat terjadi bahkan pada hari H persalinan. Untuk mengurangi risikonya, Anda perlu rutin kontrol ke bidan atau dokter kandungan selama hamil. Selain itu, ada beberapa tanda yang perlu Anda waspadai, di antaranya adalah gerakan janin yang berkurang, keluarnya air yang bukan air seni atau keluarnya darah dan lendir.


3. Mendapatkan intervensi medis yang tidak diinginkan

Pada kasus-kasus tertentu, seringkali intervensi medis tidak dapat dihindari di dalam ruang bersalin. Namun pada prinsipnya, pasien berhak menentukan pilihannya atas intervensi medis yang disarankan dokter untuk membantu proses persalinan.

Misalnya, perlu dilakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan ibu dan janin saat proses melahirkan normal. Jika keluarga menolak persetujuan tersebut, maka dokter tidak akan memaksa. Hal ini pun berlaku untuk tindakan lain seperti episiotomi, induksi, serta penggunaan vakum atau forceps.


4. Obat anestesi yang diberikan tidak bekerja dengan baik

Pada epidural, jika efek obat habis dan pasien masih merasa sakit dalam jangka waktu berikutnya, epidural bisa ditambah dengan mudah melalui selang (kateter) yang disalurkan ke rongga epidural. Sementara pada ILA, obat yang disuntikkan ulang akan langsung masuk ke rongga saraf dan bekerja di saraf untuk menekan rasa sakit. Walking epidural juga bisa diberikan dan memungkinkan pasien tetap bisa berjalan-jalan untuk merangsang pembukaan.


5. Buang air besar saat persalinan berlangsung

Hal ini adalah lumrah, karena pada usia kehamilan tua, bumil cenderung mengalami konstipasi sehingga sulit buang air besar. Dan selama proses bersalin, penekanan kepala janin ke bawah ke arah jalan lahir dapat mendorong ibu untuk buang air besar.

Sebenarnya ada dua cara untuk mengatasi hal ini sebelum persalinan berlangsung. Yang pertama adalah membiarkan proses/dorongan untuk buang air besar terjadi secara alami. Yang kedua adalah dengan clisma, yaitu perangsangan buang air besar melalui pembersihan usus besar sebelum dilakukan tindakan medis.


6. Bayi yang dilahirkan tidak sehat

Komplikasi pada bayi juga mungkin terjadi menjelang dan pada saat persalinan. Bayi-bayi yang lahir kurang bulan/prematur biasanya mengalami hipoplasmia pulmo atau kondisi paru-paru yang masih muda dan belum berkembang sempurna, sehingga tidak dapat bernapas dengan sempurna. Jika janin lahir sehat, ia akan mendapatkan perawatan khusus dengan alat bantu pernapasan. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)