Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Psikolog Ross D. Parke dan Armin A. Brott, penulis buku Throwaway Dads memberikan 10 tips yang bisa dilakukan Anda para Dads jika ingin menjadi ayah terbaik. Berikut ini caranya:
1. Ambil Inisiatif
Coba katakan pada istri Anda, "Biar aku yang ganti popoknya. Aku pasti bisa!" Lihatlah reaksi terkejut istri Anda. Mungkin matanya akan berbinar bahagia. Coba bandingkan ekspresi matanya saat Anda sibuk memanggil istri untuk mengganti popok Si Kecil yang sudah penuh.
Top tip: Jangan segan untuk meminta pendapat atau petunjuk dari istri Anda saat Anda ingin menangani masalah Si Kecil.
2. Sering Berlatih
Istri Anda menjadi hebat mengasuh anak karena ia terbiasa melakukannya setiap hari. Jadi, Anda pasti juga bisa melakukannya jika giat berlatih. Kalau Anda kebingungan, jangan segan bertanya pada istri, pengasuh Si Kecil, atau ahlinya. Ikuti kelas persiapan orang tua baru atau rajin membaca, browsing, bertanya pada dokter dan perawat. Persiapkan juga diri Anda bahkan sejak hari pertama Anda tahu istri Anda hamil.
3. Jadi Diri Sendiri
Anda dan istri punya cara interaksi yang berbeda dengan Si Kecil. Istri akan lebih sering memakai emosi dan empati sosial saat menangani anak Anda. Anda sendiri? Mungkin lebih banyak energi dan lebih suka melakukan aktivitas fisik saat bersama anak. Saran dari kami, tetaplah seperti itu.
Bermainlah dengan riang, berkejaran, berguling, saling menggelitik, dan kegiatan fisik lainnya. Kegiatan fisik yang kasar ada manfaatnya juga, lho. Anak yang kerap bermain dengan ayahnya cenderung bersikap lebih baik di sekolah, punya kepekaan sosial, dan jarang terlibat penyalahgunaan obat terlarang, alkohol, dan kriminal.
Menurut Ross D. Parke, itu karena kegiatan motorik kasar anak bisa mengatur emosinya untuk mengatasi situasi terlalu gembira dan ceria.
4. Ada Secara Emosional
John Gottman, penulis buku The Heart of Parenting mengatakan, "Ayah harus membiarkan dirinya berempati terhadap kondisi anak-anaknya. Ia juga harus berusaha keras untuk selalu ada bagi anaknya."
5. Menjadi Partner
Zaman kini, ayah tidak boleh hanya menolong anak atau istrinya. Ia harus menempatkan diri menjadi partner penting untuk anak-anak dan istrinya. Ayah harus terlibat penuh dalam tanggung jawab mengurus rumah tangga dan pengasuhan anak.
6. Selalu Ada
Sudah tidak zamannya jika Anda menyerahkan semua urusan anak kepada istri. Terlibatlah aktif dalam segala hal, termasuk urusan rumah tangga yang remeh, seperti mencuci piring sendiri, menyapu, atau mengepel.
Manfaat dari kegiatan ini adalah anak akan belajar bahwa ayahnya terlibat aktif dalam kehidupan mereka dan menjadi contoh baik untuk kehidupan dewasa mereka.
7. Menghargai Istri
Melibatkan diri dalam kegiatan mengurus rumah dan anak menjadi bukti bahwa Anda menghargai istri Anda. Bayangkan kesibukan istri sebagai ibu rumah tangga atau jika bekerja, betapa beratnya ia membagi waktu memikirkan rumah, anak-anak, dan pekerjaan. Menempatkan diri sebagai partner yang aktif akan membuat istri merasa bahagia.
8. Aktif Berkomunikasi
Membicarakan segala hal dengan istri dan anak-anak memiliki keuntungan secara emosional. Keterlibatan Anda lebih terasa jika Anda menyampaikan pendapat dan mendengarkan harapan, kebutuhan, dan keluhan dari istri.
Berkomunikasi artinya berbicara dan mendengar ya, Dads. Ungkapkan keinginan dan harapan Anda terhadap keluarga, dan dengarkan juga aspirasi mereka.
9. Ketahui Hak Anda
Hukum di Indonesia belum sepenuhnya mendukung laki-laki menjadi ayah yang baik. Misalnya, belum ada aturan undang-undang cuti melahirkan untuk ayah. Masih sedikit perusahaan yang bersedia pula memberikan cuti seperti ini. Namun ayah memiliki hak lain, yaitu asuransi kesehatan yang biasanya untuk karyawan pria, bisa memasukkan keluarga dalam tanggungan asuransinya.
10. Tetap Terlibat
Bagaimana jika perkawinan tidak berjalan dengan baik? Jika perceraian terjadi dan hak asuh anak ada di tangan istri, tetaplah terlibat dalam pengasuhan Si Kecil. Manfaatkan sebanyak mungkin waktu bersama dan berkomunikasilah dengan baik untuk masalah anak.
Yakinkan istri dan anak-anak Anda bahwa Anda siap menanggung risiko perceraian dengan misalnya tetap memberi nafkah hingga anak berusia dewasa. (M&B/SW/Dok. Freepik)