Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Plasenta adalah organ yang menghubungkan janin di dalam rahim dengan tubuh ibunya. Melalui plasenta, janin mendapatkan makanan, oksigen, dan dapat mengeluarkan kotoran dari tubuhnya.
Tugas plasenta menghubungkan janin dengan tubuh ibunya seharusnya baru selesai saat bayi lahir. Lantas bagaimana jika plasenta menua sebelum waktunya? Apa efeknya bagi janin?
Ya Moms, seperti organ tubuh lainnya, plasenta mungkin saja mengalami kelainan. Ada beberapa macam jenis kelainan plasenta, salah satunya adalah pengapuran plasenta.
Bahaya Bercak Putih
Pengapuran plasenta, biasa disebut juga kalsifikasi plasenta, adalah tanda-tanda penuaan pada plasenta. Penuaan plasenta seharusnya baru terjadi pada trimester akhir kehamilan atau sekitar usia kandungan 41 minggu.
Ciri pengapuran plasenta adalah bercak putih yang tersebar dari dasar plasenta hingga ke permukaan. Bercak putih itu adalah penimbunan kalsium yang muncul karena pecahnya pembuluh darah kecil. Timbunan kalsium itu dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG.
Satu hal yang harus menjadi perhatian adalah jika bercak pengapuran itu terjadi pada trimester kedua kehamilan. Sebab, belum seharusnya plasenta mengalami timbunan kalsium. Timbunan kalsium itu dapat merusak jaringan plasenta, mengubahnya menjadi jaringan ikat yang kaku.
Kalsium juga membuat pembuluh darah menjadi kaku atau tersumbat sehingga aliran makanan, oksigen, dan pembuangan kotoran menjadi tidak lancar. Akibatnya, pertumbuhan janin menjadi terhambat.
"Pengapuran plasenta tidak dapat dicegah. Proses pengapuran plasenta seperti pembuluh darah yang menua. Pembuluh darah yang tua menjadi kaku dan mungkin mengalami sumbatan. Pengapuran plasenta yang perlu diwaspadai adalah yang terjadi sebelum waktunya karena akan menghambat pertumbuhan janin," jelas Dr. Bayu Agus Widianto, Sp.OG, dari RSPAD Gatot Soebroto.
Proses pertumbuhan bayi ada dua fase, yakni fase pembentukan sel (hiperfasi), kemudian fase pembesaran sel (hipertropi). Bila gangguan seperti pengapuran plasenta terjadi pada awal kehamilan, tentu fase pembentukan sel menjadi terhambat.
Apabila aliran darah dan kondisi plasenta tidak berfungsi optimal, tentunya kesejahteraan janin menjadi tidak baik. Jika gangguan terjadi pada awal kehamilan, janin akan terlihat lebih kecil, jumlah sel juga tidak sebanyak jumlah sel pada bayi-bayi normal.
"Jika pertumbuhan janin tidak sesuai, dokter harus mengevaluasi berat dan aliran darah janin, serta kondisi plasenta sebelum menyarankan apakah kehamilan itu bisa dipertahankan atau harus diakhiri," kata Dr. Fakriantini Jayaputri, Sp.OG, dari RS Prikasih.
Pengapuran Bertahap
Proses pengapuran plasenta tidak langsung menjadi parah karena plasenta memiliki permukaan yang sangat luas. Pengapuran plasenta terbagi dalam beberapa tahap perkembangan, yaitu:
Grade 0: Plasenta terlihat segar dan permukaannya tidak ditemukan pengapuran.
Grade 1: Terlihat sedikit gambaran pengapuran.
Grade 2: Pada permukaan plasenta dapat dengan mudah ditemukan pengapuran berbentuk setengah lingkaran.
Grade 3: Pada permukaan plasenta ditemukan banyak pengapuran berbentuk lingkaran.
Pengapuran dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG. Melalui USG, bercak pengapuran dapat terlihat dengan cukup jelas. "Ibu hamil memang sebaiknya melakukan pemeriksaan USG secara rutin. Pemeriksaan USG pertama yang wajib dilakukan adalah saat kehamilan awal guna memastikan janin tumbuh di tempat yang semestinya. Pemeriksaan kedua dilakukan di trimester kedua untuk mengecek apakah janin tumbuh dengan baik dan plasenta sehat. Pemeriksaan ketiga dilakukan pada trimester ketiga untuk mengetahui apakah bayi sudah berada di jalur lahir," jelas Dr. Bayu.
Jika pada pemeriksaan USG plasenta terlihat tidak normal, dokter akan mengambil tindakan untuk memperbaiki kondisi plasenta. Pada masalah pengapuran plasenta, upaya perbaikan yang dilakukan adalah dengan memberikan ibu hamil obat pengencer darah (trombolitik). Dengan pengobatan yang tepat, kondisi plasenta dapat diperbaiki dan dicegah agar tidak semakin memburuk.
Perlu diketahui, janin di dalam plasenta yang buruk akan kurang dari berat badan normal. Pertumbuhan selnya juga mungkin tidak sempurna. Ciri lain pengapuran plasenta adalah jumlah air ketuban yang kurang. Ibu hamil dengan pengapuran plasenta mungkin tidak mengalami gejala apa pun, tapi biasanya tekanan darahnya akan tinggi.
Perbaiki Gaya Hidup
Hingga kini belum diketahui mengapa pengapuran plasenta bisa terjadi. Namun menurut Dr. Fakriantini, risiko pengapuran plasenta akan meningkat apabila ibu hamil:
1. Mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet atau penyedap rasa.
2. Kekurangan asam folat.
3. Mengalami infeksi, misalnya Rubella, CMV, atau Tubercolosis.
4. Merokok.
5. Mengalami stres semasa kehamilan, terutama stres fisik seperti tekanan darah tinggi.
6. Mengonsumsi obat-obatan tertentu.
7. Kurang beristirahat.
8. Tidak berkonsultasi dengan dokter kandungan secara rutin.
Pengapuran plasenta bisa terulang pada kehamilan berikutnya. Moms yang sudah pernah mengalami diharapkan bisa mengubah gaya hidup hingga pengapuran plasenta tidak terjadi lagi. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)