Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Waspada Moms, Stres Bisa Picu Kelahiran Prematur

Waspada Moms, Stres Bisa Picu Kelahiran Prematur

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Idealnya, kehamilan berlangsung selama kurun waktu 37-40 minggu. Namun ada beberapa kondisi yang membuat bayi lahir lebih cepat atau prematur, salah satunya adalah stres.

Pada dasarnya setiap ibu hamil memiliki risiko untuk melahirkan secara prematur. Risiko ini meningkat pada mereka yang punya faktor pemicunya, antara lain ibu mengandung bayi kembar, memiliki riwayat kelahiran prematur, kondisi janinnya bermasalah (gawat janin), terlambat memeriksakan kehamilan atau tidak sama sekali, merokok, mengonsumsi narkoba dan alkohol, mengalami tekanan fisik dan psikis, serta mengalami beberapa masalah kesehatan.

Tekanan fisik dan psikis seperti keterbatasan yang menyebabkan kebutuhan gizi tak terpenuhi, kekerasan dalam rumah tangga, serta beban di tempat kerja diketahui sangat berpotensi memicu stres berat.

Normalnya, 6 dari 100 ibu berpeluang melahirkan prematur. Namun pada mereka yang mengalami stres, peluang ini meningkat hingga 3,4 persen. Hasil studi yang dipublikasikan pada Journal of Human Reproduction membuktikan bahwa stres yang berat dapat mengakibatkan komplikasi kehamilan, termasuk berat lahir bayi yang rendah bahkan kematian bayi.

Moms perlu tahu, Indonesia termasuk salah satu negara dengan angka kelahiran prematur tertinggi. Data 2013 menunjukkan bahwa ada sekitar 15 juta bayi dilahirkan secara prematur setiap tahunnya di Indonesia, 1,1 juta di antaranya mengalami kematian.

Fakta ini tentu saja sangat memprihatinkan. Oleh sebab itu,ibu hamil disarankan menghindari stres agar kehamilannya bisa berlangsung sehat dan tidak mengalami kelahiran prematur yang berisiko.


Stres Pengaruhi Tubuh

Emosi yang tidak stabil selama kehamilan bisa rentan stres lho. Bisa jadi, hal-hal yang sebelumnya dianggap sepele justru menjadi pemicu stres kala hamil. Masalahnya, stres bertumpuk berpotensi menjadi penyebab terjadinya kelahiran prematur.

Menurut tim peneliti dari University of Manchester di Inggris, kondisi stres berat yang terjadi sebelum atau menjelang kehamilan dapat mengubah hormon stres kortisol dan corticotropin releasing hormone (CRH) yang berpengaruh pada perlekatan embrio serta pembentukan plasenta. Tingkat CRH biasanya meningkat sebelum ibu melahirkan dan tingginya tingkat hormon tersebut sebelum waktunya dapat terdeteksi pada ibu yang melahirkan prematur.

Hal serupa juga diungkapkan tim peneliti lain dari University College Cork di Irlandia. "Stres berat memang sangat berpengaruh terhadap persalinan prematur," tegas Dr. Louise Kenny, anggota tim peneliti tersebut.


Kelola Stres

Jika stres tiba-tiba datang, mungkin Anda tidak begitu saja bisa melepaskannya. Oleh sebab itu, penting untuk mengelola kadar stres agar tidak melonjak selama masa kehamilan. Ingat, kondisi ibu yang buruk bisa berdampak negatif bagi perkembangan janin.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Brain, Behaviour, and Immunity menyebutkan, para ibu hamil yang memiliki kadar stres tinggi dan dukungan sosial yang kurang, umumnya punya kekebalan tubuh yang rendah serta berisiko mengalami persalinan prematur dan pre-eklampsia.

Moms, Anda bisa lho mengelola stres dengan rilek. Simak caranya berikut ini.

1. Bekali diri Anda dengan pengetahuan yang cukup tentang kehamilan. Dengan mengetahui semua itu sejak awal, maka masalah-masalah yang Anda hadapi tak akan terasa berat. Semakin Anda rileks, kehamilan akan terasa lebih nyaman dan Anda semakin menikmatinya. Anda akan merasa lebih sehat dan janin pun tumbuh sehat sehingga akan lahir setelah cukup bulan.

2. Perhatikan gejala fisik yang menunjukkan suasana hati yang sedang tertekan, seperti meningkatnya detak jantung, kadar hormon, dan pola napas. Atasi dengan cara duduk diam sambil memusatkan perhatian pada napas Anda. Embuskan napas perlahan melalui mulut untuk mengosongkan paru-paru. Lalu, tutup mulut dan hirup udara secara perlahan melalui hidung. Ulangi beberapa kali hingga tubuh dan pikiran terasa lebih rileks dan tenang.

3. Konsumsi makanan sehat dan suplemen yang disarankan. Jangan lupa penuhi kebutuhan air minum setiap hari.

4. Hindari melakukan semua tugas rumah tangga sendirian bila memungkinkan.

5. Bila Anda wanita bekerja, kurangi beban kerja Anda setiap harinya.

6. Pastikan Anda cukup tidur setiap harinya.

7. Berpikirlah positif tentang kehamilan Anda.

8. Berbaring di tempat tidur sambil mendengarkan musik lembut dengan wangi aroma terapi yang menenangkan.

9. Lakukan olahraga ringan bersama pasangan minimal 30 menit setiap hari. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)