Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Stop Sifat Konsumtif pada Si Kecil!

Stop Sifat Konsumtif pada Si Kecil!

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Kue, es krim, permen, dan mainan. Terkadang, Si Kecil memang banyak maunya. Stop! Moms, jangan biarkan anak Anda menjadi konsumtif.

Perilaku konsumtif berlangsung selama seseorang tidak dapat menahan keinginannya untuk memiliki barang tertentu yang sesungguhnya tidak diperlukan. Kebiasaan konsumtif bisa saja muncul sejak usia dini. Penyebabnya bisa beraneka ragam mulai dari kebiasaan orang tua, pengaruh lingkungan hingga efek televisi.

Ya, faktor orang tua menjadi salah satu alasan utama anak menjadi konsumtif. Jika Moms dan Dads yang gemar berbelanja, maka secara tidak langsung kebiasaan tersebut akan ditiru oleh Si Kecil, khususnya jika Anda sering mengajaknya ke mal. 

Kebiasaan orang tua memberikan berbagai hadiah sebagai 'imbalan' karena sudah belajar atau membereskan kamarnya juga membuat anak hanya mau bekerja jika ada upahnya. Bukan tak mungkin, lama-kelamaan anak menuntut hadiah yang lebih mahal dan tidak sesuai dengan kondisi keuangan orang tuanya.

Anak juga bisa menjadi konsumtif karena pengaruh lingkungan. Bukan hanya melihat contoh orang lain, terkadang anak gemar membeli barang-barang untuk diberikan kepada temannya. Jika begitu, Moms tentunya perlu memberi pengertian kepadanya bahwa memberi hadiah kepada teman adalah hal baik tapi tidak harus dilakukan setiap saat. Sementara itu, iklan berbagai produk mainan dan makanan di televisi yang dikemas dengan menarik, tentu akan memicu hasrat Si Kecil untuk membelinya.

Memang tidak mudah menghilangkan sifat konsumtif pada anak. Namun Moms bisa melakukannya dengan mengikuti beberapa tips berikut ini.


1. Perkenalkan Fungsi Uang

Mengenalkan fungsi uang kepada anak harus dimulai sejak dini. Dengan begitu, ia akan mengerti bahwa uang adalah alat bayar atau tukar. Jangan lupa memberitahu anak soal bagaimana mendapatkan uang, misalnya Moms dan Dads harus bekerja untuk mendapatkannya sehingga anak menghargai usaha keras kedua orang tuanya. Selain itu, anak juga perlu diajarkan kegunaan utama uang, seperti membeli makanan pokok, susu, atau mungkin biaya sekolahnya.


2. Ajari Menabung

Ajari anak untuk menyisihkan sebagian uang jajannya untuk ditabung, misalnya dengan cara membelikan celengan dengan warna dan bentuk yang menarik. Dengan begitu, anak akan semakin bersemangat untuk memasukkan sebagian uangnya ke dalam celengan. Moms, juga perlu memberitahu Si Kecil apa keuntungan jika ia rajin menabung.


3. Ajak ke Bank

Jika Si Kecil sudah bisa diberi pengertian, ajak ia ke bank. Saat ini, kebanyakan bank menyediakan fasilitas tabungan untuk anak-anak. Moms, bisa membuat tabungan khusus atas nama Si Kecil. Biarkan ia menyetor uang miliknya ke bank. Beri penjelasan mengapa ia perlu menyimpan sebagian uangnya di bank. Dengan memegang buku tabungannya sendiri, Si Kecil tentu akan merasa bangga dan semakin termotivasi untuk menabung.


4. Merawat Barang-Barangnya

Moms, memang tidak ada salahnya memberikan barang atau mainan yang disenangi anak. Namun jangan lupa mengajarkan Si Kecil untuk merawat barang tersebut dan mengingatkannya bahwa Anda tidak akan membelikan lagi jika barang tersebut rusak atau hilang karena keteledorannya.


5. Mengajarkan Prioritas

Beritahu anak pentingnya menentukan prioritas. Si Kecil perlu tahu bahwa ada keperluan yang lebih penting dari sekadar membeli mainan untuknya, misalnya biaya sekolah, membeli seragam atau bahan makanan pokok. Ajarkan juga kepadanya, beda antara keinginan dan kebutuhan. Keinginan tidak selalu harus dipenuhi, sedangkan kebutuhan perlu diutamakan.


6. Beri Contoh

Mencontoh adalah salah satu keahlian Si Kecil. Apabila Anda gemar membeli barang-barang yang sesungguhnya tidak diperlukan, bukan hal aneh jika Si Kecil mengikuti jejak Anda. Jika tak mau anak Anda menjadi konsumtif, maka perlihatkan kepadanya bagaimana cara Anda mengatur keuangan dengan tidak terlalu sering membeli barang-barang yang tak diperlukan. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)