Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Stop Kebiasaan Mengutil pada Balita!

Stop Kebiasaan Mengutil pada Balita!

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Saat asyik berbelanja, tiba-tiba Anda memergoki Si Kecil mengambil barang di rak supermarket dan memasukkannya ke dalam sakunya. Ya, ia mengutil! Apa yang akan Anda lakukan?

Mengutil adalah mengambil sesuatu barang yang bukan hak miliknya. Perilaku ini ternyata bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa, tapi anak balita pun bisa melakukannya. Menurut psikolog Octaviani Indrasari S.Psi,M.Si, mengutil pada balita terjadi karena Si Kecil merasa tertarik dan ingin tahu akan barang yang ia ambil tersebut.

"Cara berpikir anak masih bersifat egosentrisme (terpusat pada dirinya) dan belum memahami suatu masalah dari sudut pandang kepentingan orang lain. Hal inilah yang membuat tindakan mengutil dianggap sebagai tindakan normal. Selain itu, anak balita juga biasanya belum memahami aturan atau norma hukum yang berlaku di lingkungan sekitarnya," jelas Octaviani.


Menilai dan Mengambil

Octaviani memgungkapkan, perkembangan kognitif anak di usia balita sudah berkembang. Ia akan menilai suatu barang yang disukai. Mengingat kemampuan motoriknya sudah matang, Si Kecil akan dengan mudah mengambil barang tersebut.

Barang yang biasa diambil adalah barang yang menjadi kesukaannya. Saat Si Kecil sudah mengerti tentang barang yang sering ia lihat di rumah dan menikmati fungsinya, ia akan tertarik untuk mengutilnya.

Selain rasa tertarik, tujuan lain yang bisa memicu perilaku mengutil adalah alasan sosial. Beberapa anak yang mengutil memberikan barang yang ia ambil kepada anak lain yang ditemui di toko yang sama.

Terakhir, alasan balita mengutil adalah karena orang tua yang terlampau membatasi keinginan Si Kecil untuk membeli barang kesukaannya. Keinginan yang terpendam dan selalu Anda tolak itu akan memicu Si Kecil untuk mengutil. Di sisi lain, sikap yang terlalu memanjakan Si Kecil pun akan berpotensi menimbulkan efek yang sama.

"Si Kecil menjadi tidak mampu mengendalikan diri karena setiap keinginan selalu Anda penuhi. Jadi ketika Anda melarang, dia akan berinisiatif mengambilnya tanpa sepengetahuan Anda," jelas Octaviani.

Untuk kasus semacam ini, perilaku mengutil adalah pertanda psikologis yang tidak sehat sehingga harus segera ditangani.


Cara Tepat Menangani

Sebagai orang tua, Anda memiliki tanggung jawab untuk menghentikan bahkan mencegah perilaku negatif ini. Anda sebaiknya sejak dini sudah mensosialisasikan perbedaan antara tindakan baik dan buruk. Moms juga sebaiknya mulai menerapkan perilaku disiplin bagi Si Kecil. Berikut adalah tips yang disarankan Octaviani untuk mengatasi atau mencegah anak Anda menjadi pengutil.

1. Jelaskan kepada Si Kecil dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami, bahwa barang yang diambil dari toko harus dibayar sebelum dimainkan atau jika tidak dibeli harus dikembalikan ke tempatnya.

2. Tegaskan kepada Si Kecil, mengambil barang yang bukan haknya adalah perbuatan yang salah.

3. Dampingi Si Kecil untuk segera membayar atau mengembalikan barang yang diambilnya tersebut. Hal ini harus dilakukan agar anak dapat mempelajari hubungan sebab-akibat.

4. Yakinkan anak Anda bahwa mengambil barang milik orang lain adalah perbuatan yang tidak menguntungkan, sebaliknya bisa menimbulkan petaka bagi dirinya.

5. Hindari ceramah yang berkepanjangan dan memberikan cap buruk terhadap perilaku Si Kecil tersebut. Kata-kata "Nanti kamu bisa masuk penjara!" atau kalimat "Kamu mempermalukan keluarga," dan cap "Kamu kok jadi maling?", akan memberikan dampak buruk. Si Kecil mungkin akan mempercayai cap buruk itu dan ia akan frustrasi. Bukan tak mungkin, ia akan merasa rendah diri.

6. Usahakan untuk mencegah reaksi yang berlebihan dari orang-orang sekitar. Jangan biarkan mereka mencaci-maki Si Kecil.

7. Konsultasikan dengan psikolog untuk bersama-sama mencari tahu penyebab tindakan mengutil tersebut. Dengan begitu, penanganan akan lebih mudah dan tepat. Upaya ini juga untuk mencegah pembentukan kebiasaan buruk yang akan menetap hingga dewasa. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)