Type Keyword(s) to Search
ARCHIVE

HIV Bukan Akhir Segalanya

HIV Bukan Akhir Segalanya

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Sekilas, tak ada kejanggalan yang terlihat dari seorang wanita berumur 33 tahun ini. Sebut saja namanya Fitri. Seperti wanita hamil lainnya, tubuh Fitri tampak berisi. Wajahnya juga terlihat segar dengan balutan hijab yang menambah aura kecantikannya. Dengan murah senyum, ia menyapa kami semua yang berada di ruangan yang sama dengannya.

 

Semua orang yang berada di ruangan tersentak setelah mendengar pengakuan wanita yang tengah hamil tua itu, bahwa ia sudah dinyatakan positif HIV sejak 2006 lalu. Dengan tenang, ia terus melanjutkan kisahnya yang ternyata tertular HIV dari Sang Suami.

 

Fitri melanjutkan, sebelum menikah, ia tidak pernah mengetahui bahwa suaminya sudah terkena HIV positif. Ia baru sadar tentang status suaminya setelah menikah. Ketika itu, Fitri harus melakukan operasi amandel. Fitri pun mulai memberanikan diri melakukan tes untuk mengetahui apakah ia sudah tertular HIV atau tidak.

 

“Hari itu juga hasil tes keluar, lalu saya dinyatakan sudah positif. Agak sedikit syok, tetapi saya hanya pasrah saja. Saya mengandalkan dokter untuk menangani saya,” ungkap Fitri dengan tenang.

 

Ia pun terus melanjutkan hidupnya dengan status HIV positif bersama Sang Suami yang juga orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Setelah 1 tahun kemudian, Sang Suami meninggal dunia tanpa memberinya anak. Saat itulah cobaan untuk bertahan dimulai. Fitri mulai merasa sendiri. Ditambah lagi, keluarga suami juga malah menjauhinya.  

 

Namun, semangat dari Sang Ibu lah yang membuat Fitri kuat dan tetap semangat. “Saat itu, saya perlu waktu cukup lama untuk menemukan jati diri. Sampai akhirnya saya berani keluar dari kamar dan kembali bersosialisasi dengan keluarga besar. Saya bersyukur, saya tetap diterima,” lanjutnya.

 

Tak lama kemudian, Fitri kembali bertemu dengan tambatan hati untuk kedua kalinya. Berkat rasa cinta yang besar, status HIV yang disandang Fitri tidak membuat calon suaminya mengurungkan niat menikahi Fitri. “Ia berbeda, tidak seperti saya. Ia malah banyak mencari informasi bagaimana caranya berkeluarga dengan saya yang seorang pengidap HIV. Sampai akhirnya, ia memberanikan diri untuk mengajak saya menikah dan ingin memiliki anak dari saya,” tutur Fitri.

 

Setelah menikah kedua kalinya, Fitri dinyatakan hamil. Fitri pun rajin ikut program voluntary counseling and testing (VCT) agar tidak menularkan virus ke janin. Ia juga rajin minum obat dan harus lebih sering kontrol ke dokter. Fitri harus melahirkan secara Caesar, sementara bayinya harus disterilisasi dari proses persalinan selama 10-15 menit. Bayinya juga tidak boleh diberi ASI, dan diberi cairan khusus newborn selama 1,5 bulan agar terhindar dari penyebaran virus ibu ke anak. 

 

Demi suami dan anak-anaknya, Fitri rajin melakukan program dan tes kesehatan untuk menjaga kondisinya. Ia terus mengawasi dan mengendalikan pertumbuhan virus HIV yang sempat menjangkiti tubuhnya. “Sampai sekarang, saya tidak boleh putus minum obat. Saya juga harus rajin kontrol ke dokter. Alhamdulillah, virus HIV ini sudah tidak terdeteksi lagi. Suami saya pun selama setahun sudah 4 kali ikut tes VCT yang hasilnya selalu negatif. Saya pun bersyukur anak-anak saya tumbuh sehat. Saat ini, saya hamil anak ketiga. Mudah-mudahan bisa sehat sampai seumur hidup,” ujarnya.

 

Selain terus menjaga dan memantau kesehatannya, Fitri juga perlu menjaga pola hidupnya dengan makanan sehat, seperti tidak boleh mengonsumsi makanan setengah matang. Selain itu, ia harus mengonsumsi buah dan sayuran yang benar-benar bersih.

 

Fitri juga mengaku pernah mengalami diskriminasi saat ia bekerja. Bahkan, ia pernah dikeluarkan secara sepihak oleh perusahaan tempatnya bekerja, dengan alasan takut tertular. Padahal, HIV tidak menular hanya karena interaksi dengan ODHA. Namun, virus ini menular melalui cairan tubuh dan jarum suntik.

 

“Saya jalani semua ini apa adanya. Saya juga memberanikan diri untuk membuka status saya. Alhamdulillah, sampai sekarang, keluarga saya memberikan dukungan,” ungkap wanita cantik ini.

 

Stigma diskriminasi untuk ODHA memang tidak perlu ada. Justru mereka butuh dukungan dan semangat dari masyarakat, agar hidup mereka kembali produktif lagi. (Aulia/DMO/Dok. Freedigitalphotos)