Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Dokter di Mata Masyarakat

Dokter di Mata Masyarakat

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Menjalani peran sebagai dokter tidaklah mudah. Tak hanya menempuh waktu pendidikan yang tidak singkat, tetapi juga kesediaan berpraktik di daerah tugas yang membutuhkan tenaga medis. Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, mengungkapkan bahwa saat ini banyak kota dan kabupaten yang masih sangat kekurangan tenaga medis, terutama dokter.


Berdasarkan ketentuan Kemenkes, rumah sakit kriteria C dan D di daerah membutuhkan setidaknya 3-4 dokter spesialis untuk ditempatkan, di antaranya dokter anak, dokter kandungan dan kebidanan, dokter penyakit dalam, serta dokter anestesi. Namun, ratusan rumah sakit di daerah masih belum mendapatkannya.


Sementara itu, kasus yang dialami oleh dr. Ayu dan kedua rekannya, dianggap Nafsiah menjadi momok yang bisa menyebabkan Indonesia kekurangan tenaga dokter. “Ya, kalau kasus itu tidak diperhatikan maka akan semakin banyak kasus yang terjadi. Semoga para calon dokter tidak gentar dengan hal itu,” tambah Nafsiah.

 

Bagaimana tanggapan masyarakat dan dokter tentang kasus ini?
"Tidak ada dokter yang dengan sengaja ingin membunuh pasiennya, kecuali dokter itu hilang akal sehat. Kalau semua telah dilakukan Sang Dokter sesuai prosedur, berarti itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa." (Hasna Wiji Lestari)


"Dokter berdemo, tetapi UGD tetap buka, dan dokter akan segera mengutamakan pasiennya. Menurut saya, pada kasus ini, dokternya sudah melalui standardisasi tindakan. Sebagai masyarakat, kita harus bijak mmbaca dan memahami keadaan, bukan hanya menghakimi dan menyalahkan dokter jika nyawa pasien tidak tertolong. Bagaimana bila kita kekurangan dokter? Seharusnya kita menghargai seorang dokter. " (Qorie Fujiatma Joscarita)


"Kalau memang terbukti lalai, seorang dokter tetap harus dihukum. Itu juga harus sesuai dengan prosedur. Untuk kasus ini, saya mendapat info, ada tanda tangan persetujuan palsu dari keluarga. Benarkah demikian? Kasus meninggalnya pasien, karena kelalaian dokter juga sering terdengar, hanya hukumannya kita tidak tahu seperti apa." (Nita Purba) (Gita/DMO/Dok.Tempo)