Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Waspada Depresi Antenatal yang Menyerang Ibu Hamil

Waspada Depresi Antenatal yang Menyerang Ibu Hamil

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Kehamilan seharusnya menjadi momen yang membahagiakan bagi seorang calon ibu. Namun ironisnya, ada sebagian wanita yang justru merasa tertekan dan sedih berkepanjangan ketika tengah mengandung sang buah hati.

Saat hamil, wanita mengalami perubahan fisik dan psikologis yang bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Ujung-ujungnya, ibu hamil menjadi rentan mengalami depresi antenatal. Menurut perkiraan sebanyak 7 hingga 20 persen wanita hamil mengalami masalah ini lho, Moms.


Gejala Depresi Antenatal Tak Terdeteksi

Sedih, putus asa, tidak bersemangat, sulit berkonsentrasi, menangis berlebihan, dan sulit tidur atau justru tidur sepanjang hari sesungguhnya adalah beberapa gejala depresi yang paling mudah dikenali. Sayangnya, tidak semua orang menyadari hal tersebut.

Banyak yang menganggap rasa sedih atau gangguan tidur hanyalah bagian dari perubahan hormon yang dialami oleh kebanyakan ibu hamil. Faktanya, dari 33 persen ibu hamil yang mengalami depresi, hanya 20 persen di antaranya yang berusaha mencari pertolongan. Kurang memadainya perawatan depresi pada ibu hamil akan berbahaya bagi sang ibu dan tentu saja janin dalam kandungannya.


Perhatikan Gejalanya

Seperti telah disebutkan sebelumnya, gejala depresi seringkali tersamarkan oleh perubahan sikap ibu hamil yang disebabkan oleh perubahan hormon. Namun jika ibu hamil memiliki tanda-tanda berikut ini, hampir bisa dipastikan ia tengah mengalami depresi antenatal.

• Terjebak dalam mood depresif sepanjang waktu.

• Kesedihan yang berkepanjangan.

• Terlalu banyak atau justru sulit tidur.

• Kehilangan minat secara drastis pada hal-hal yang biasanya dinikmati.

• Menyimpan rasa bersalah yang berlebih.

• Menarik diri dari dunia sekitar, termasuk keluarga dan kerabat dekat.

• Merasa tak berharga.

• Tidak berenergi dan lemah lesu berkepanjangan.

• Konsentrasi yang buruk.

• Perubahan nafsu makan, bisa terlalu banyak atau malah tak mau makan sama sekali.

• Merasa putus asa dan kehilangan motivasi.

• Memiliki masalah ingatan.

• Menangis terus-menerus.

• Mengalami sakit kepala, nyeri dan ngilu. Dalam beberapa kasus, ibu hamil juga mengalami gangguan pencernaan yang tak kunjung sembuh.

• Kesulitan menjaga emosi, termasuk cemas berlebihan, mudah marah, dan gelisah.

Depresi yang sudah parah bisa memicu ibu hamil untuk memiliki pikiran berulang tentang kematian dan bunuh diri. Bukan tak mungkin, ia akan melakukan tindakan atau perilaku berulang untuk menghilangkan pikiran merusak tersebut. Beberapa ibu hamil juga bisa mengalami serangan panik.


Penyebab Depresi

Sulit untuk menentukan secara pasti penyebab depresi. Namun wanita dengan faktor risiko berikut ini memiliki peluang lebih besar untuk mengalami depresi:

• Riwayat gangguan medis secara pribadi maupun keluarga.

• Memiliki riwayat premenstrual dysphoric disorder (PMDD) atau gangguan ekstrem selama fase menstruasi yang bisa mengganggu aktivitas.

• Menjadi ibu muda (di bawah usia 20 tahun)

• Kurangnya dukungan sosial dari keluarga atau teman.

• Hidup sendiri.

• Mengalami masalah hubungan suami-istri.

• Pernah mengalami beberapa kejadian traumatik atau penuh stres dalam setahun terakhir.

• Adanya komplikasi kehamilan.

• Memiliki lebih dari tiga anak.

• Penyalahgunaan obat-obatan.

• Pernah mengalami keguguran.


Cara Mengatasi Depresi Antenatal

Ketika menyadari adanya tanda-tanda depresi antenatal, Moms disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Jangan lupa untuk meminta bantuan dari suami dan keluarga agar depresi bisa segera teratasi.

Penyedia layanan kesehatan profesional harus menyadari dan sigap untuk mendukung wanita. Depresi selama kehamilan sama berbahayanya dengan depresi pasca melahirkan dan harus ditangani sedini mungkin agar tidak berlanjut hingga setelah melahirkan. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)