Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Anak sulit belajar? Jangan buru-buru melabeli Si Kecil malas belajar, karena bisa saja ia mengalami salah satu gangguan belajar yang sering terjadi pada anak. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gangguan belajar adalah segolongan gangguan yang menyebabkan anak sulit menguasai keterampilan tertentu atau menyelesaikan tugas tertentu, jika ia belajar dengan cara konvensional.
Ada banyak jenis gangguan belajar, contohnya adalah disleksia dan disgrafia. Kini sudah banyak informasi mengenai disleksia, namun sayangnya belum banyak yang mengenal disgrafia. Nah, untuk meningkatkan kewaspadaan Anda akan disgrafia, simak beberapa fakta penting di bawah ini yuk, Moms.
Apa Itu Disgrafia?
"Disgrafia adalah kesulitan belajar spesifik yang memengaruhi kemampuan menulis dan motorik halus," jelas Dr. Sanveen Kak-Sadhnani, psikolog klinis dari Thomson Pediatric Centre â The Child Development Centre, Singapura.
Sedikit berbeda dengan disleksia yang membuat anak kesulitan membaca, disgrafia membuat anak kesulitan berekspresi dalam bentuk tulisan. IDAI juga menyebutkan kalau penderita disgrafia juga kesulitan membuat tulisan tangan, mengeja, dan mengorganisasikan pikiran.
Menurut Dr. Sanveen, anak disgrafia mengalami kesulitan menulis, spasi yang tidak beraturan, sulit mengeja, dan sulit berpikir sambil menulis.
"Disgrafia terjadi pada 5 sampai 20 persen anak Singapura, jumlah yang sama dengan total anak disleksia di seluruh dunia," ujar Dr. Chitra Ramalingam, dokter spesialis kesehatan anak di Raffles Children Centre, Singapura, seperti dikutip oleh Majalah Young Parents.
Gejala Disgrafia
Mungkinkah anak Anda mengalami disgrafia? Sangat mungkin, karena menurut Dr. Chitra, mayoritas orang tua dengan anak disgrafia tidak menyadari anaknya mengalami kesulitan belajar yang satu ini. Untuk itu, mari kenali beberapa gejala disgrafia di bawah ini, Moms:
⢠Kesulitan menulis cetak maupun membuat tulisan sambung.
⢠Tidak konsisten dalam menulis. Contohnya, sering memadukan tulisan cetak dan tulisan sambung, menggabungkan huruf besar dan huruf kecil, ukuran huruf yang tidak sama, atau bentuk huruf yang berubah-ubah.
⢠Kata-kata yang ia tulis sering tidak selesai, baik tidak selesai dalam artian kurang huruf atau bahkan kurang kata.
⢠Sering memberikan spasi yang tidak beraturan jaraknya antar kata atau antar huruf.
⢠Saat menulis, posisi tubuh, pergelangan tangan, atau kertasnya sering tidak wajar.
⢠Sering kesulitan memvisualisasikan formasi huruf.
⢠Sangat lambat dalam menulis atau mencontoh tulisan.
⢠Kesulitan menuliskan perencanaan kegiatan di kertas.
⢠Cara menggenggam alat tulisnya tidak wajar, sehingga sering mengeluh tangannya (khususnya pergelangan tangan) sakit.
⢠Sangat kesulitan dalam berpikir sambil menulis, seperti menuliskan rencana atau menulis kreatif.
Cara Mengatasi Disgrafia pada Anak
Jika Moms mencurigai Si Kecil mengalami disgrafia, ada beberapa hal yang bisa Moms lakukan, antara lain:
⢠Gunakan kertas dengan garis-garis untuk panduan sensorik agar anak menulis sesuai garis.
⢠Luangkan waktu ekstra untuk ia belajar menulis.
⢠Cobalah pensil yang berbeda untuk menemukan mana yang paling nyaman untuk digunakan Si Kecil.
⢠Praktikkan menulis huruf dan angka di udara dengan gerakan lengan yang besar untuk meningkatkan daya ingat. Juga berlatih huruf dan angka dengan tangan atau jari.
⢠Ajari cara memegang yang tepat, postur tubuh dan posisi kertas saat menulis. Sangat penting untuk memperkuat ini di saat-saat awal karena sulit bagi mereka untuk belajar meninggalkan kebiasaan lama.
⢠Cobalah bersabar dan positif, berikan Si Kecil pujian atas usaha yang ia lakukan. (Tiffany Warrantyasri/SW/Dok. Freepik)