Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, ada banyak mitos yang berkaitan dengan kelahiran. Hal ini muncul dikarenakan pengalaman setiap orang saat melahirkan berbeda, baik itu melahirkan secara normal atau melalui operasi caesar, melahirkan dalam kondisi nyaman atau dalam kondisi darurat. Namun, satu yang pasti, Anda semua akan bersepakat dengan 1 hal, yakni melahirkan itu bukan perkara mudah.
Selain itu, Moms yang baru hamil pertama kalinya mungkin juga kerap mendengar berbagai mitos seputar kontraksi yang bukan tak mungkin akan memengaruhi kepercayaan diri Anda saat melahirkan nanti atau malah membuat Anda bertambah cemas. Rasa cemas seorang calon ibu saat menghadapi persalinan umumnya semakin besar saat memasuki masa kontraksi.
Mitos dan Fakta Seputar Kontraksi
Kontraksi adalah peregangan pada dinding rahim yang timbul akibat gerakan atau tendangan bayi dalam kandungan, atau aktivitas fisik Anda yang melelahkan. Sebagai informasi, otot terbesar dalam tubuh wanita terdapat di rahim. Saat terjadi kontraksi, otot tersebut akan meregang. Kondisi ini terjadi secara alamiah, sama seperti jika Anda muntah maka otot di perut Anda juga mengalami kontraksi.
Secara umum, kontraksi dapat dijadikan sebagai tanda bahwa proses persalinan akan dimulai. Pada saat terjadi kontraksi, rahim akan mengalami kondisi meregang serta mengecil. Menyusutnya rahim membuat serviks terbuka dan mendorong bayi menuju saluran kelahiran.
Kendati demikian, ada sejumlah konsep dan mitos mengenai kontraksi yang bisa jadi membuat proses persalinan Anda lebih terasa menakutkan. Ini dia beberapa yang mungkin saja mampir ke telinga Anda, Moms.
1. Kontraksi berarti proses persalinan sedang terjadi.
Kontraksi memang bisa menjadi tanda bahwa proses persalinan akan dimulai. Namun, kontraksi tidak selalu berarti persalinan sudah dekat, Moms. Kontraksi dapat terjadi beberapa minggu sebelum persalinan karena dinding rahim menjadi lebih tipis dan peka terhadap rangsangan bahkan gerakan spontan. Kontraksi bisa tidak teratur dan tidak terprediksi dengan frekuensi dan durasi yang berbeda-beda. Karena itu, penting bagi Anda untuk mengenal jenis-jenis kontraksi kehamilan.
Moms dan suami juga sebaiknya mencatat waktu dan durasi kontraksi yang dialami. Menghitung kontraksi akan sangat membantu untuk menggambarkan pola kontraksi pada dokter. Anda sendiri pun bisa mengetahui tahapan persalinan yang sedang Anda alami, sehingga tahu kapan waktunya menuju rumah sakit untuk melahirkan.
2. Kontraksi terjadi ketika kantung ketuban pecah.
Proses persalinan tidak selalu seindah dan semulus seperti di dalam film-film, Moms. Jika Anda berharap ketuban pecah kemudian Anda langsung mengalami kontraksi 1-2 menit berikutnya, siap-siap untuk merasa kecewa. Kontraksi dimulai 12-24 jam setelah ketuban pecah. Namun, kontraksi juga bisa terjadi sebelum ketuban pecah, bahkan 1-2 hari sebelumnya.
3. Kontraksi setelah berhubungan intim merupakan pertanda buruk.
Saat Moms berhubungan intim dan mengalami orgasme, bisa saja Anda merasakan kontraksi. Tapi tidak perlu panik. Orgasme dan prostaglandin pada air mani normal menyebabkan kontraksi pada rahim. Namun, bila kontraksi yang Anda alami diikuti dengan bercak atau perdarahan serta Anda merasakan kram yang semakin lama semakin menyakitkan, Anda sebaiknya segera ke dokter, Moms.
4. Kontraksi bisa diinduksi secara alami tanpa menimbulkan masalah.
Pernah mendengar tentang induksi alami, seperti memperbanyak berhubungan intim atau mengonsumsi makanan pedas agar mulai terjadi kontraksi? Semua cara itu ternyata tidak disarankan oleh dokter ya Moms, karena bisa saja memicu hal yang membahayakan buat kehamilan dan janin Anda. Yang terbaik, biarkan tubuh Anda berproses secara alami dan kontraksi pun akan terjadi dengan sendirinya.
5. Asma bisa menyebabkan kontraksi.
Anda ibu hamil yang menderita asma? Asma yang kambuh saat hamil dapat menyebabkan kontraksi dini pada rahim. Biasanya, saat usia kehamilan semakin tua, ibu hamil kerap mengalami kesulitan bernapas karena kondisi rahim yang terus membesar semakin menyesakkan paru-paru.
Nah, pada ibu hamil yang mengidap asma, kondisi ini dapat menjadi semakin berat. Namun tidak perlu cemas, karena hal ini tidaklah berbahaya. Jika kesulitan bernapas ini terasa sangat mengganggu, Anda perlu secepatnya mendapat penanganan. Meskipun asma jarang sekali kambuh pada saat proses persalinan, ada baiknya Anda tetap melanjutkan pemakaian obat Anda selama proses persalinan berlangsung.
Beberapa bayi yang lahir dari ibu penderita asma akan mempunyai laju napas yang cepat setelah lahir, tapi keadaan ini hanya berlangsung sementara. (M&B/SW/Dok. Freepik)