Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Botox dan Filler saat Hamil, Amankah?

Botox dan Filler saat Hamil, Amankah?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, bukan hanya rasa mual dan perubahan bentuk tubuh yang terjadi saat hamil, namun banyak juga ibu hamil yang mengalami masalah pada kulit dan wajahnya. Padahal, meskipun sedang hamil, Anda tentunya juga ingin tampil cantik dan glowing kan, Moms?

Namun, ibu hamil tentunya harus lebih berhati-hati dan tidak boleh sembarangan dalam menggunakan suatu produk kecantikan atau perawatan kulit. Salah dalam memilih produk atau melakukan skin treatment, bisa saja menimbulkan masalah dan berdampak buruk pada kesehatan Anda dan janin.

Nah Moms, untuk para wanita yang memiliki masalah kerutan di wajah akibat penuaan serta elastisitas kulit yang berkurang, jenis perawatan yang saat ini sangat efektif dan populer adalah botox dan filler. Lalu, amankah sebenarnya ibu hamil melakukan kedua treatment ini? Adakah efek sampingnya? Sebelum membahas mengenai hal ini lebih lanjut, yuk ketahui terlebih dahulu apa sih, perbedaan antara botox dan filler serta cara kerjanya.

 

Botox

Botulinum toxin atau yang lebih dikenal dengan botox adalah prosedur kecantikan yang menyuntikkan protein yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium botulinum ke dalam kulit. Botox mengandung racun dari bakteri yang sama yang menyebabkan botulisme atau keracunan serius. 

Ekspresi wajah sehari-hari seperti tersenyum, tertawa, marah, atau menangis membuat otot-otot wajah berkontraksi sehingga lama kelamaan meninggalkan kerutan dan garis-garis pada wajah. Botox bekerja dengan mengikat ujung saraf otot dan menghalangi pelepasan zat kimia yang membuat otot di wajah berkontraksi. Botox akan mencegah otot untuk berkontraksi dan membuat saraf-saraf di sekitarnya lebih relaks, sehingga kerutan dapat dicegah, kulit menjadi lebih halus dan juga kencang. 

 

Filler

Seiring dengan pertambahan usia, jaringan lunak di bawah permukaan kulit lama-kelamaan bisa menipis. Derma filler, atau yang lebih akrab disebut filler, bertujuan untuk ‘mengisi’ jaringan yang menipis dan menambah volume pada bagian wajah tertentu. Biasanya, filler banyak digunakan untuk menambah volume pada bibir, bagian mulut, serta pipi. 

Filler menggunakan beberapa bahan yang telah disetujui oleh U.S Food and Drugs Administration (US FDA), seperti Calsium Hiduroksupalatite (Radiesse), asam hyaluronat, asam polilaktik, polyalkylimide, serta polymethyl-methacrylate microspheres (PMMA).

 

Aman Enggak, sih?

Secara umum, botox dan filler termasuk aman dilakukan asalkan Moms mendapatkan persetujuan dari dokter, serta prosedur ini dilakukan oleh tenaga ahli yang tepercaya. Lantas, bagaimana jika Anda ingin melakukannya saat hamil?

Memang belum ada penelitian mengenai botox dan filler yang ikut mengalir ke plasenta bayi. Sampai saat ini pun belum ada pernyataan pasti bahwa botox dan filler berbahaya bagi ibu hamil, Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency di Inggris menyarankan agar ibu hamil tidak melakukan prosedur ini. Kalau pun diperlukan untuk alasan medis, sebaiknya hal ini dilakukan atas persetujuan dokter ahli. 

Mengutip laman Babycentre.com, satu suntikan botox seharusnya tidak mengandung racun yang cukup untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan masuk ke bayi melalui plasenta. Sehingga, jika Moms melakukannya sebelum hamil atau sebelum Anda sadar sedang hamil, kemungkinan risikonya cukup rendah. Namun, prosedur ini bisa saja menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan jika Moms meneruskan suntik setelah tahu bahwa Anda hamil. Beberapa efek samping yang bisa terjadi antara lain:

• reaksi alergi seperti ruam atau gatal

• lemah otot di beberapa bagian tubuh

• Sakit kepala, leher, atau punggung

• Otot kaku

• Kesulitan menelan

• Mual

• Sakit perut/ diare

• Hilang selera makan

Efek samping di atas memang tergolong ‘ringan’, tapi bukan tak mungkin bisa mengganggu kehamilan Anda. Misalnya, ketika Moms kehilangan selera makan atau mual, maka asupan nutrisi yang dibutuhkan janin otomatis juga akan berkurang. 

Metode filler yang menggunakan jarum suntik untuk perawatannya pun dikhawatirkan bisa menimbulkan kontraksi. Hal ini tentunya berisiko untuk ibu hamil maupun janin dalam kandungan. 

Kembali mengenai masalah aman atau tidaknya melakukan botox dan filler saat hamil, beberapa penelitian yang menggunakan hewan sebagai sampel juga dilakukan. Hasilnya, suntik botox pada hewan pengerat yang sedang hamil membuat bayi hewan tersebut lahir dengan berat badan rendah. Bayi hewan tersebut juga lahir secara prematur sehingga tidak dapat berkembang dengan baik. 

Meski risiko prosedur ini telah terbukti tidak aman pada hewan, para peneliti belum bisa menyimpulkan hal yang sama juga akan terjadi pada bayi manusia karena kurangnya bukti-bukti penelitian yang menguatkannya masih sangat sedikit. Namun, alangkah baiknya Moms menahan diri untuk melakukannya saat hamil maupun menyusui dan lebih fokus akan kehamilan yang sehat dibandingkan dengan kerutan di wajah Moms. Setuju, kan? (Nanda Djohan/SW/Dok. Freepik)