Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
"Ma, kenapa sih, dada Mama besar?"
"Ma, itu Papa punya apa?"
Moms, pernahkah pertanyaan seperti ini tiba-tiba saja tercetus dari mulut balita Anda saat melihat Anda telanjang? Sebagian besar orang tua kemungkinan besar kaget saat 'ditodong' pertanyaan tak terduga semacam ini. Pasalnya, Anda atau suami bisa saja selama ini cuek soal telanjang di rumah: mandi bersama anak dan berganti baju di dekat satu sama lain.
Banyak juga orang tua yang khawatir mengenai soal bertelanjang tubuh di depan anaknya, terutama yang berlawanan jenis. Sebenarnya, nyaman atau tidaknya melakukan hal itu, tergantung kepada nilai yang Anda anut, Moms. Anda mungkin saja tidak masalah telanjang di depan Si Kecil karena Anda terbiasa dalam situasi itu waktu Anda kecil. Yang pasti, selain kekhawatiran soal pengaruh telanjang itu terhadap Si Kecil, kenyamanan Anda sendiri perlu menjadi pertimbangan. Kalau Anda risih, Si Kecil akan merasa sungkan dan risih pula melihat Anda.
Sebaliknya, meski orang tua berniat baik, tetapi melarang anak-anak telanjang di rumah justru memiliki dampak negatif terhadap perkembangan anak, lho. Sebab jangan-jangan, anak malah mencari jawaban atas rasa penasarannya dengan bagian tubuh yang ditutupi baju dengan cara yang salah.
Jadi, tujuan dari memberi kesempatan anak-anak melihat tubuh Anda telanjang adalah menyediakan informasi dan dukungan yang hampir tidak mungkin disediakan media atau masyarakat. Pikiran bahwa tubuh manusia adalah normal, netral, dan indah, merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak memalukan atau 'jorok'. Ini adalah bagian dari upaya perlindungan anak dari godaan yang mudah sekali ditemukan di luar rumah.
Telanjang Bukan Seks
Moms, satu hal yang perlu Anda ingat, anak kecil belum mengerti tentang rasa malu. Mereka tidak peduli telanjang di depan siapa pun, bahkan suka berlarian telanjang. Alasannya sederhana saja, telanjang itu lebih adem dan nyaman bagi mereka.
Yang juga tak kalah penting untuk diperhatikan adalah makna dari telanjang itu sendiri. Selama ini Anda mungkin mengasosiasikan telanjang dengan seks. Padahal, saat lahir pun kita telanjang. Aktivitas sehari-hari yang melibatkan telanjang juga lebih sering bukan soal seksual, seperti mandi. Jika Anda menanamkan ini di dalam keluarga Anda, anak-anak pun tak akan mengaitkan telanjang dengan aktivitas 'nakal', sehingga mereka tidak akan tumbuh menjadi pribadi yang mudah berpikir atau berkonotasi porno tentang tubuh orang lain.
Body Image
Saat memasuki usia 3 tahun ke atas, anak biasanya akan mulai merasa malu atau sadar seksual (mulai tahu bedanya laki-laki dan perempuan). Maka sebaiknya mulai saat itu, Anda perlu membatasi bahwa telanjang benar-benar dilakukan hanya bila perlu dan hanya di hadapan sesama jenis. Moms bisa menjelaskan perubahan ini dengan mengatakan, "Sekarang kan, kamu sudah semakin besar, jadi kamu bisa punya privacy, begitu pula dengan Mama."
Tetap terbuka dengan anak bisa meningkatkan perasaan positif mengenai jenis kelaminnya. Misalnya, anak perempuan bertanya mengapa payudara ibunya besar, Anda bisa menjawab bahwa payudara Anda besar karena Anda menyusuinya waktu bayi. Atau ketika anak laki-laki bertanya mengapa penis ayahnya lebih besar dari pada penisnya, Anda atau suami bisa menjawab bahwa manusia bertumbuh. Penis orang dewasa lebih besar, sama seperti badan, tangan, dan kaki dibandingkan dengan milik anak-anak. Intinya, berikan jawaban yang mendidik dan bukan kebohongan atau candaan agar anak bisa memiliki pengertian yang baik tentang anatomi tubuh.
Di lain waktu, Anda juga perlu menjelaskan pada Si Kecil bahwa setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda. Karena itu, meskipun telanjang di rumah tidak salah, tetapi kita tetap perlu menutup pintu dan tirai. Dan bahwa kita berpakaian ketika ada tamu, bukanlah berarti kita malu, tetapi karena kita ingin bersikap sopan.
Edukasi Dini
Satu lagi keuntungan untuk mengerti arti positif telanjang di rumah adalah ketika Anda perlu menjelaskan mengenai reproduksi manusia. Moms juga tidak perlu mengarang nama yang kesannya lebih halus. Sebut saja penis, payudara, dan vagina dengan nama aslinya. Komunikasi tentang seksualitas yang lancar, menjadi bibit keterbukaan komunikasi yang berguna saat Si Kecil beranjak remaja, lho.
Lebih lanjut mengenai pendidikan seksual, Anda juga dapat menggunakan buku dan ensiklopedia untuk membantu Anda menerangkan soal tubuh dan menjawab pertanyaan-pertanyaan 'jebakan' lain seperti "dari mana bayi berasal". Dalam buku, ada gambar-gambar anatomi tubuh yang netral untuk menjelaskan mengapa bentuk, bagian, dan ukuran tubuh orang dewasa berbeda dengan anak kecil. Informasi dan paparan seperti ini dapat membantu Si Kecil memisahkan konsep "telanjang" dengan "seks". Setuju kan, Moms? (M&B/ND/SW/Foto: Dok. Freepik)