Type Keyword(s) to Search
BABY

Kenali dan Waspadai 4 Jenis Infeksi Pneumokokus

Kenali dan Waspadai 4 Jenis Infeksi Pneumokokus

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Ada banyak jenis penyakit infeksi yang dapat mengintai Si Kecil, salah satunya adalah pneumokokus atau lebih dikenal dengan invasive pneumococcal disease (IPD). Selain menyebabkan radang paru-paru, bakteri pneumokokus juga dapat menyebabkan radang selaput otak hingga infeksi darah.

Menurut Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, Sp.A(K), UKK Respirolologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUNPAD/RS Hasan Sadikin Bandung, serangan infeksi bakteri pneumokokus ini sangat cepat masuk ke dalam sirkulasi darah dan dapat menyebar (invasif). Ini sangat berbahaya bagi kesehatan anak, Moms!


Jenis-Jenis Infeksi Pneumokokus

Menurut Prof. Cissy, ada 4 jenis infeksi pneumokokus yang bisa terjadi pada anak, yaitu:

1. Radang selaput otak (meningitis)

Bakteri pneumokokus yang menyerang selaput otak dapat berakibat fatal. Data National Foundation for Infectitious Disease menyebutkan bahwa sebagian bayi pengidap meningitis yang bisa bertahan hidup akan memiliki cacat permanen, seperti tuli, kerusakan otak, atau kelumpuhan. Adapun gejala meningitis yang perlu Moms waspadai adalah:

• Demam tinggi

• Gelisah

• Kejang

• Lemah dan lesu

• Mual dan muntah

• Diare

• Leher kaku

• Nyeri kepala

• Gangguan kesadaran

• Koma


2. Radang paru-paru (pneumonia)

Pneumokokus pneumonia ini merupakan jenis yang lebih serius daripada jenis pneumonia yang lain. Bayi-bayi yang terserang pneumonia ditandai dengan tingkah yang rewel, kurang nafsu makan, serta tarikan napas yang memburu dan berat. Sebagai patokan, Prof. Cissy menyebutkan untuk bayi di bawah usia 2 bulan, frekuensi napas normalnya 60 kali per menit, sementara bayi usia 2-12 bulan sebanyak 50 kali per menit.


3. Infeksi darah (bakteremia)

Bakteremia merupakan komplikasi dari pneumonia dan dapat mengakibatkan meningitis. Gejala bakteremia pada bayi kadang-kadang sulit diketahui, karena pada awalnya dapat serupa dengan infeksi virus biasa, seperti demam tinggi dan rewel terus menerus, diikuti dengan atau tanpa infeksi saluran pernapasan.


4. Infeksi telinga tengah akut (otitis media akut)

Bakteri pneumokokus juga bisa menimbulkan penyakit lokal atau non-invasif, seperti infeksi telinga tengah akut atau biasa juga dikenal dengan sebutan otitis media akut (OMA). Infeksi telinga tengah harus diwaspadai karena dapat menyebabkan gangguan pendengaran menetap dan keterlambatan bicara pada Si Kecil, Moms.


Cara Mencegah Infeksi Pneumokokus pada Anak

"Kami sangat merekomendasikan upaya preventif sedini mungkin dengan pemberian vaksin pneumokokus untuk bayi dan balita di bawah usia 2 tahun," kata Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI.

Di Indonesia, vaksin konjugat pneumokokus (PCV) juga telah direkomendasikan oleh IDAI untuk diberikan kepada bayi mulai usia 2 bulan dengan jadwal pemberian di usia 2, 4, 6 bulan, dan dosis ulangan di usia 12-15 bulan.

Pemberian ASI eksklusif juga penting untuk meningkatkan antibodi bayi, selain pemberian vitamin A yang dapat membantu perkembangan sistem kekebalan tubuhnya. Selain itu, pencegahan dapat dilakukan dengan pola hidup sehat, seperti menutup mulut saat batuk dan bersin, mencuci tangan menggunakan sabun, dan menghindari lingkungan terpolusi asap rokok. (M&B/Tiffany/SW/Dok. Freepik)