Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Sunat untuk Anak Laki-Laki, Pilih Cara Lama atau Baru?

Sunat untuk Anak Laki-Laki, Pilih Cara Lama atau Baru?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Bagi kebanyakan anak laki-laki, sunat atau khitan merupakan suatu peristiwa besar. Bahkan di Indonesia, peristiwa ini layak dirayakan dengan meriah. Mengapa sunat begitu penting bagi anak laki-laki?


Untuk Apa Sunat?

Sunat adalah operasi kecil untuk mengangkat frenulum (kulit yang menutupi kepala penis). Tujuannya agar glans atau kepala penis beserta lehernya tetap bersih. Proses penyunatan dikatakan sukses bila kepala penis tidak lagi tertutup frenulum.

Keputusan untuk melakukan penyunatan dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Di Indonesia, umumnya alasan agama memegang peranan paling besar, selain karena kesehatan dan budaya. Namun gangguan pada penis pun menjadi alasan untuk menyunat Si Kecil lebih dini dari biasanya, seperti fimosis


Gejala Fimosis

Umumnya anak laki-laki disunat pada usia antara 8-12 tahun, yaitu ketika tekstur frenulum masih cukup lembek untuk dipotong. Jika dilihat dari sisi agama Islam pun, disebutkan bahwa anak laki-laki yang sehat sebaiknya disunat setelah melewati masa akil balig, jadi kira-kira sekitar usia 10 tahun.

Namun kenyataannya, cukup banyak anak laki-laki yang harus lebih cepat disunat sebelum mencapai usia tersebut, karena mengalami gangguan pada penisnya. 99 persen gangguan pada penis diakibatkan oleh fimosis.

Fimosis adalah keadaan di mana terjadi penyempitan pada ujung kulit depan penis. Kondisi ini timbul karena faktor bawaan atau karena peradangan berulang yang terjadi pada kulit depan penis.

Anak yang terkena fimosis umumnya menunjukkan gejala sulit buang air kecil, bahkan ia sampai harus mengejan saat melakukannya. Akibat saluran yang kurang lancar, bagian belakang kepala penis pun menggembung. Hal ini yang membuat Si Kecil merasa sakit saat hendak pipis.


Pilih Cara Lama atau Baru?

Saat Anda memutuskan untuk menyunat Si Kecil, Anda perlu memikirkan teknik penyunatan seperti apa yang akan dipilih: konvensional atau modern? Cara konvensional adalah operasi dengan melakukan pemotongan dan penjahitan pada ujung kepala penis, sedangkan cara modern adalah dengan laser.

Masing-masing cara ini pasti punya kelebihan dan kekurangan sendiri. Cara konvensional biasanya akan mengeluarkan darah lebih banyak pada saat operasi dan sembuhnya pun relatif lebih lama, yaitu sekitar dua minggu. Sementara sunat dengan menggunakan laser lebih cepat prosesnya, yaitu sekitar 20-40 menit. Darah yang keluar pun relatif sedikit.

Sunat dengan cara modern saat ini memang lebih disukai, terutama karena rasa sakit setelah operasi bisa diminimalkan serta sembuhnya cepat. Karena kelebihannya ini, proses sunat dengan laser banyak dipilih oleh anak laki-laki yang terlambat disunat (biasanya yang sudah berusia di atas 10 tahun). Pada usia remaja, proses penyunatan memang menjadi lebih sakit dan sembuhnya lebih lama.

Proses sunat pun sebaiknya tetap menyisakan sebagian dari frenulum, karena bagian tersebut merupakan bagian yang sensitif pada penis. Jika frenulum dipotong sampai habis, ada risiko setelah dewasa nanti anak laki-laki Anda jadi tidak bisa merasakan rangsangan seksual. Tentunya Anda tidak menginginkan hal itu sampai terjadi, kan?


Agar Anak Tidak Takut Disunat

Bagaimana menjelaskan pada Si Kecil supaya nanti ia tidak takut disunat? Tentunya pendekatan yang dilakukan bisa berbeda, tergantung usianya. Cara menjelaskannya bisa menjadi lebih sulit jika anak yang akan disunat masih berusia balita.

Yang penting, jangan menanamkan citra bahwa sunat itu sesuatu yang menyeramkan. Jangan pula menggunakan kata 'sunat' sebagai hukuman, misalnya "Kalau tidak mau mandi nanti disunat". Biarkan ia menerima peristiwa sunat itu sebagai sesuatu yang alami. Bahkan ia akan mendapatkan 'hadiah' dari acara syukuran yang akan diadakan setelahnya. (M&B/SW/Dok. Freepik)