Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Waspada 10 Ciri Ibu Kompetitif Kelas Berat

Waspada 10 Ciri Ibu Kompetitif Kelas Berat

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

"Anakmu sudah bisa apa, jeng?" Duh, kalimat seperti itu mungkin sering terlontar ketika beberapa ibu berkumpul. Ada yang dengan nada tulus, tetapi ada juga yang dengan niat ingin membandingkan anaknya dengan anak Anda. Merasa bangga pada Si Kecil adalah suatu hal yang baik dan sangat alami, namun hati-hati dengan sindroma persaingan yang terjadi di antara para ibu ya, Moms.

Tapi kenapa sih, para ibu jadi begitu terobsesi untuk membandingkan anaknya dengan anak yang lain dan membiarkan sifat kompetitif ini berkembang demikian jauh? Dr. Alvin Rosenfeld, psikiater anak dari Inggris, mengatakan bahwa salah satu obsesi para ibu adalah ingin anaknya lebih dari yang lain, dan tentu saja mereka melihat itu semua dengan cara membandingkan anaknya dengan anak yang lain.

"Ini semua karena segala tanggung jawab anak ada pada si ibu. Untuk itulah si ibu selalu ingin melakukan hal yang terbaik untuk anaknya," jelas Dr. Rosenfeld.


Ini 10 Ciri-Ciri Ibu Kompetitif Kelas Berat

1. Mulai mengajak Si Kecil nonton film yang cukup berat seperti Lord of The Rings.

2. Selalu ingin tampil matching dengan Si Kecil. Meski hanya pergi ke toko buku sekalipun.

3. Membantu Si Kecil membuatkan PR prakarya dan mengatakan pada semua orang kalau prakarya tersebut hasil karya anaknya.

4. Pura-pura bicara bahasa asing seolah-olah si anak mengerti apa yang sedang dibicarakan ibunya. Parahnya lagi, kadang-kadang ibu ini pun tak tahu apa arti yang dikatakannya.

5. Menuntut para juri ketika tahu anaknya tidak menang dalam suatu kompetisi pemilihan bayi paling sehat atau lucu.

6. Menyekolahkan Si Kecil sedini mungkin di preschool ternama dan membanggakannya pada semua orang yang dikenal.

7. Membawa buku kesehatan Si Kecil kemana-mana, jika sewaktu-waktu ada yang bertanya soal pertumbuhan Si Kecil.

8. Selalu ingin menunjukkan berapa banyak mainan yang dimiliki anaknya.

9. Menyimpan kata-kata pertama yang dilontarkan Si Kecil pada kamera ponsel untuk ditunjukkan pada setiap orang.

10. Mencetak foto Si Kecil lebih dari sepuluh untuk diberikan kepada orang lain sebagai kado tahun baru.


Jangan Biarkan Diri Anda Tertekan

Anda justru akan merasa lelah dan tertekan bila terus membanding-bandingkan anak Anda dengan anak yang lain. Dan jeleknya lagi, anak Anda akan dapat merasakan kekecewaan Anda padanya. Jadi, daripada terus-menerus membandingkan, lebih baik Anda santai saja sambil terus mengamati perkembangan Si Kecil.

"Percayalah pada intuisi Anda bahwa Si Kecil berkembang dengan baik dan nikmati kebersamaan Anda dengannya. Jika ia tahu bahwa Anda menganggap dirinya adalah hal yang paling penting dan menarik di dunia, niscaya rasa percaya diri Si Kecil akan meningkat dan membuat ia merasa bahagia," kata Dr. Rosenfeld.

Jika Anda kembali panik hanya karena Si Kecil belum juga bisa mengucapkan kata "Mama" (walaupun anak tetangga Anda yang seumuran sudah bisa menyebutkan "Ibu" dan "Ayah" dengan baik), cobalah untuk tetap tenang. Santai saja dan nikmatilah keajaiban-keajaiban yang akan muncul pada diri Si Kecil setiap hari. (M&B/Tiffany/SW/Dok. Freepik)