Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Bahaya Diabetes Gestasional pada Masa Kehamilan

Bahaya Diabetes Gestasional pada Masa Kehamilan

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, memang menjadi suatu hal yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh Anda jika berencana memiliki anak. Sebab, penyakit seperti diabetes dapat membahayakan nyawa Anda serta janin selama masa kehamilan nantinya.

Kondisi ini disebut sebagai kehamilan diabetes gestasional (DG), yang merupakan penyakit diabetes melitus tipe dua yang terjadi pada saat ibu sedang hamil. Menurut analisis yang dilakukan Centers for Disease Control and Prevention 2014, prevalensi DG pada ibu hamil mencapai angka 9,2 persen.


Yang Terjadi pada Tubuh

Diabetes gestasional dimulai ketika tubuh ibu hamil tidak mampu membuat dan menggunakan seluruh insulin yang ia butuhkan saat hamil. Meskipun tidak diketahui penyebab pastinya, beberapa petunjuk memperlihatkan bahwa hormon dari plasenta yang membantu janin berkembang, bisa menghambat kerja dari insulin sang ibu, yang pada akhirnya menimbulkan resistensi insulin. Kondisi ini pun membuat tubuh Moms sulit menggunakan insulin, sehingga membutuhkannya hingga 3 kali lebih banyak.

Bila tidak ditangani dengan baik, DG bisa membahayakan janin, Moms. Ini karena glukosa ekstra yang ada di dalam darah bumil akan masuk ke janin melalui plasenta dan memberikan kadar glukosa yang tinggi pada bayi.

Karena bayi mendapat lebih banyak energi daripada yang dibutuhkan, ekstra energi ini kemudian disimpan sebagai lemak. Hal ini menyebabkan janin menjadi gemuk atau disebut sebagai makrosomia. Menurut American Diabetes Association, kondisi ini akan membuat bayi menghadapi banyak masalah kesehatan, cedera bahu bayi saat persalinan, risiko kesulitan bernapas, dan mengalami kuning saat lahir. Selain itu, bayi berisiko mengalami obesitas saat memasuki masa kanak-kanak dan diabetes tipe 2 ketika dewasa.


Tanpa Gejala Tapi Berbahaya

Kebanyakan bumil dengan DG tidak merasakan gejalanya. Namun beberapa bumil mengalami gejala seperti lapar, haus, atau kelelahan berat. Dokter biasanya akan melakukan skrining DG di antara usia kehamilan 24-28 minggu. Bila Moms memiliki faktor risiko tertentu, dokter bisa melakukan pemeriksaan untuk DG lebih dini.

Faktor risiko ini, dikatakan dr. Mulyani Anny Suryani Gultom, Sp.PD., biasanya akan ditanyakan kepada bumil seperti riwayat keluarga dengan diabetes, diabetes pada kehamilan sebelumnya, atau pernah melahirkan bayi besar dengan berat lebih dari 4 kg. Bumil yang mengalami DG, bisa mengontrol kadar glukosa darahnya melalui diet dan olahraga.

Dokter atau ahli gizi akan merancang diet personal dengan mempertimbangkan berat badan, usia kehamilan, dan pilihan makanan. Dari diet, 10-20 persen kalori berasal dari protein, 30 persen dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat kompleks.

Jika setelah menjalani diet selama 2 minggu dan kadar glukosa darah belum normal, ada kemungkinan Moms perlu mendapat suntikan insulin selama hamil. Menurut dr. Mulyani, spesialis penyakit dalam dari RS Siloam Asri, Jakarta, bumil dengan kadar glukosa yang tinggi, tidak diberikan obat yang diminum karena bisa membahayakan janin.

"Untuk menurunkan kadar gula darah, diberikan insulin," terangnya. Kalau setelah melahirkan, kadar gula darahnya sudah kembali normal, insulin tidak diberikan lagi. "Biasanya kadar gula darahnya kembali ke normal. Kami tekankan juga kepada ibu, untuk menjaga pola makannya. Karena ada kemungkinan ia ada bakat ke arah diabetes," imbuhnya.

Hal ini bisa dicegah dengan pola hidup sehat, seperti mengurangi makanan tinggi gula dan rutin melakukan olahraga. Dengan begitu, kehamilan dengan diabetes ini pun akan bisa teratasi dengan baik. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)