Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Mengenal Stunting dan Bahayanya pada Anak

Mengenal Stunting dan Bahayanya pada Anak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Stunting menghambat perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

Dilansir dari situs www.gizitinggi.org, satu dari tiga balita Indonesia mengalami stunting. Itu artinya, sekitar 9 juta anak Indonesia tumbuh tidak optimal. Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), Indonesia sendiri ada di urutan kelima jumlah anak dengan kondisi stunting. Sedangkan di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Selain pertumbuhan yang terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak tidak maksimal yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.


Penyebab dan Gejala Stunting

Penyebab stunting adalah karena seorang anak mengalami malnutrisi (gizi kurang dan gizi buruk). Asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ini akan berakibat pada pertumbuhan balita yang tidak optimal. Dr. dr. Damayanti R Sarif, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UI dan RSCM, Jakarta, menuturkan bahwa terdapat dua gejala stunting, yaitu:

• Gejala jangka pendek yang terjadi pada masa kanak-kanak berupa hambatan perkembangan, penurunan fungsi imun, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran.

• Gejala jangka panjang yang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.

Menurut dr. Damayanti, orang tua sangat berperan dalam mencegah terjadinya stunting pada anak sejak dini. Sebagai langkah awal, orang tua perlu memahami terlebih dahulu tentang stunting dan penyebabnya.

Jika anak terlanjur mengalami stunting, sebenarnya ia masih memiliki kesempatan untuk pulih, namun tetap tidak bisa berkembang normal sesuai dengan perkembangan alaminya, karena terjadi penurunan IQ serta penurunan kognitif. Dari kasus yang pernah ditangani oleh dr. Damayanti, ternyata yang memicu banyak anak mengalami tubuh pendek ini, selain masalah ekonomi juga kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi yang tepat bagi anak-anaknya.


Mencegah Stunting

Pencegahan stunting penting dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, yakni sejak dari berada dalam janin (masa kehamilan) hingga anak lahir dan berusia 2 tahun. Pemberian makanan bergizi tinggi pada anak bisa mencegah stunting. Ini yang perlu Anda lakukan agar Si Kecil terhindar dari bahaya stunting:

• Ibu hamil harus mengonsumsi makanan yang cukup gizi selama masa kehamilan.

• Bayi harus diberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan. Setelah 6 bulan, beri Si Kecil makanan pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas dan bergizi seimbang. Anak juga perlu makan dalam jumlah cukup sebanyak tiga kali, diselingi pemberian buah-buahan dua kali sehari.

• Cukupi protein pada bayi setelah usia 6 bulan, karena protein memicu pertambahan tinggi dan berat badan bayi. Sumber protein yang baik berasal dari hewani misalnya susu, telur, dan daging ayam karena mengandung asam amino esensial.

• Bawa anak secara rutin ke dokter atau posyandu untuk diukur tinggi dan berat badannya. Hal ini bermanfaat untuk mendeteksi sejak dini jika ada gangguan pertumbuhan.

• Pastikan lingkungan sekitar Anda selalu bersih dengan akses terhadap air bersih. Sanitasi dan kebersihan lingkungan penting untuk tumbuh kembang anak karena anak di bawah dua tahun rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit. (M&B/SW/Dok. Freepik)