Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Bagi Moms yang memiliki bayi, kondisi bayi muntah sepertinya bukan pemandangan yang aneh lagi, ya. Namun Moms harus bisa membedakan antara muntah dan gumoh pada bayi, karena menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dua kondisi ini tidak sama lho, Moms.
Menurut IDAI, gumoh adalah keluarnya sebagian susu saat atau setelah Si Kecil menyusu. Saat gumoh, susu mengalir dengan sendirinya, sedangkan saat muntah bayi tampak mengalami usaha untuk mengeluarkan susunya.
IDAI menyebutkan kalau bayi yang muntah tampak mengejan, tidak nyaman, atau rewel. Berita buruknya, sebagian besar muntah pada bayi merupakan hal yang tidak normal. Untuk itu, mari ketahui fakta-fakta penting di balik muntah pada bayi.
Bayi Muntah Bisa Jadi Gejala Penyakit
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sebagian besar kondisi muntah pada bayi adalah hal yang tidak normal. Karena itu, muntah memang bisa menjadi gejala penyakit pada bayi.
"Muntah dapat merupakan gejala tanda penyakit refluks (gastroesphageal reflux disease), sumbatan usus, infeksi telinga, infeksi usus, infeksi paru, radang otak, atau alergi protein. Jika refluks isi lambung menyebabkan gejala dan/atau komplikasi, maka disebut sebagai gastroesophageal reflux (GERD)," tulis Dr. Natharina Yolanda, Sp.A, untuk IDAI.
Waspadai Penurunan Berat Badan
Jika penyebab bayi muntah adalah GERD, maka hal ini biasanya ditandai dengan:
⢠Penurunan berat badan,
⢠Rewel,
⢠Bayi menangis terus,
⢠Menolak makan,
⢠Gangguan napas kronik.
Jika beberapa tanda di atas terjadi pada bayi Anda, maka segera konsultasikan dengan dokter untuk mengantisipasi kemungkinan GERD pada bayi.
Cegah Dehidrasi
Sama seperti anak diare, bayi yang sering muntah juga sangat berisiko mengalami dehidrasi atau kondisi tubuh kekurangan cairan. Untuk itu, IDAI menyarankan Anda untuk mengenali tanda-tanda dehidrasi pada bayi, seperti:
⢠Mata tampak cekung,
⢠Tidak ada air mata saat menangis,
⢠Kulit kering,
⢠Mulut kering,
⢠Lemas,
⢠Rewel,
⢠Urine berkurang.
Nah, sebelum itu terjadi, usahakan untuk mencegah dehidrasi jika bayi Anda sedang sering muntah. Dr. Natharina menyarankan agar bayi tetap diberikan asupan cairan seperti susu atau oralit setelah muntah. Moms bisa memberikannya sedikit demi sedikit atau sesering mungkin, asalkan Si Kecil mau mengonsumsinya.
Lalu bagaimana jika bayi menolak asupan cairan yang Moms berikan? Atau bahkan muntah lagi setiap kali minum setelah muntah? Jika kondisi ini terus terjadi, IDAI menyarankan untuk segera ke dokter agar mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Mengatasi Bayi Muntah
Menurut IDAI, muntah umumnya akan berhenti dalam waktu 6-24 jam. Bagaimana cara mengatasinya? Ikuti langkah-langkah di bawah ini, Moms.
1. Mencegah dehidrasi.
2. Istirahatkan anak (sebaiknya di tempat tidur) sampai ia merasa lebih enak.
3. Hentikan pemberian obat yang diduga dapat menyebabkan muntah bertambah.
4. Jangan memberikan makanan padat pada 6 jam pertama.
5. Berikan rasa nyaman pada anak.
6. Berikan makanan dengan kalori cukup dan mudah dicerna.
7. Jika anak sudah di atas 12 bulan, Moms bisa memberikan minuman manis seperti jus buah, namun jangan memberikan jus jeruk dan anggur karena terlalu asam.
8. Berikan minuman secara bertahap, yaitu 15-20 menit sekali. Minuman bisa diberikan dengan jumlah 1-2 sendok makan setiap 15 menit, dan dinaikkan jumlahnya secara bertahap.
9. Jika muntah lagi, berikan minuman dalam jumlah lebih sedikit.
10. Jika 6 jam tidak muntah lagi, bayi bisa diberikan buah atau sereal. Sedangkan anak yang lebih besar bisa diberikan roti, kentang, atau crackers.
11. Hindari aktivitas berlebih setelah makan.
12. Jika semua cara di atas tidak membantu, konsultasi ke dokter anak agar diberikan obat antimuntah. (Tiffany Warrantyasri/SW/Dok. Freepik)