Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Mitos dan Fakta Balita yang Masih Menyusu

Mitos dan Fakta Balita yang Masih Menyusu

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, walaupun Si Kecil sudah menginjak usia balita, tapi belum ada tanda-tanda ia siap disapih. Anda pun memutuskan untuk tetap menyusuinya. Meskipun begitu, bukan tidak mungkin Anda akan mendengar berbagai komentar sinis dan negatif dari orang-orang sekitar atas keputusan Anda tersebut. Kebanyakan komentar yang dilontarkan berisi mitos-mitos seputar balita masih menyusu. Ini beberapa mitos yang beredar dan penjelasannya, Moms.


Jadi Manja dan Tidak Mandiri

Mitos yang mengatakan bahwa balita yang masih terus menyusu akan tumbuh menjadi anak yang manja dan tidak mandiri ini banyak memengaruhi pola pikir orang tua. Kenyataannya, bukan proses menyusui yang membuat anak jadi manja, tetapi cara pengasuhan yang tak bisa diterima dengan baik oleh anak. Penyebab lainnya adalah ketidakkonsistenan pola asuh antara ibu dan ayah, atau pihak lain yang mengasuh anak.

Bagi seorang anak, proses menyusu merupakan 'jawaban' dari kebutuhannya, bukan hanya akan nutrisi yang terbaik, tetapi juga kasih sayang ibu, kenyamanan, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Ketika ia menilai bahwa semua kebutuhan ini terpenuhi, ia akan menyapih dirinya sendiri. Dan setiap anak memiliki waktunya sendiri.

Sebagai orang tua, Anda tak bisa memaksa Si Kecil untuk merangkak, berjalan, atau berbicara sebelum ia siap. Begitu juga dengan menyapih. Orang tua biasanya mengikuti anjuran pihak lain untuk menyapih Si Kecil tanpa mempertimbangkan akibatnya bagi Si Kecil dan bagi diri mereka sendiri. Menyapih adalah fase penting dalam hidup anak. "Beberapa orang tua mengerti betapa krusialnya proses penyapihan bagi anak, namun tak menyadari risiko bagi perkembangan anak jika dilakukan tanpa kesiapan dari Si Kecil," ujar Kathleen Huggins, penulis The Nursing Mother's Companion.

Pendapat ini diperkuat oleh dr. William Sears, dalam bukunya The Baby Books, yang menjelaskan hasil penelitian bertahun-tahun mengenai dampak positif extended breastfeeding pada kemandirian anak. Ia menyebutkan bahwa anak yang disapih pada waktunya, dalam arti, sesuai dengan keinginan anak sendiri, akan tumbuh menjadi anak yang lebih disiplin, mampu mengontrol emosi, merasa nyaman dengan dirinya sendiri, dan lebih bahagia dibandingkan anak yang disapih sebelum waktunya.


Menimbulkan Masalah Seksual pada Anak

Mitos ini sesungguhnya sangat menarik. Jika mencium dan memeluk seorang anak merupakan hal yang wajar, lalu mengapa menyusui, yang merupakan ungkapan alami seorang ibu untuk menyayangi anaknya dipandang sebagai tindakan yang bisa menimbulkan masalah seksual? Salah satu indikasinya karena masyarakat kini lebih memandang payudara sebagai organ seksual. Padahal pada dasarnya, payudara perempuan memiliki fungsi alami sebagai organ yang bisa memberikan nutrisi untuk keturunannya kelak. Bagi seorang balita yang masih polos dan murni, payudara sang ibu merupakan media baginya mendapatkan air susu, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan. Tak lebih dari itu.


Gizi ASI Tak Lagi Baik untuk Balita

Tahukah Anda bahwa kekebalan tubuh anak membutuhkan waktu 2-6 tahun untuk benar-benar siap dan bekerja optimal? ASI akan terus memberikan zat kekebalan tubuh itu selama masih terus diberikan pada anak di rentang usia tersebut. Fakta ini tercatat dalam jurnal American Academy of Pediatrics dalam artikel The Effects of Breastfeeding on Toddler Health. Selain itu, penelitian di Bangladesh yang dibukukan dengan judul Prolonged Breastfeeding as Prophylaxis for Recurrent Otitis Media menyebutkan bahwa ASI masih memenuhi zat penting dalam hidup anak, terutama vitamin A pada tahun kedua dan ketiga Si Kecil. (M&B/SW/Dok. Freepik)