Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Siasat Menangani Anak yang Suka Mengarang

Siasat Menangani Anak yang Suka Mengarang

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, mungkin Anda pernah mengalami hal-hal seperti ini saat di rumah, tiba-tiba Si Kecil berteriak, "Ma, ada dinosaurus gede banget!". Ia pun kemudian langsung berlari ke kamarnya karena ketakutan. Tentu saja ini hal yang mustahil, ada hewan purba berkeliaran di pekarangan rumah Anda. Namun, tidak usah merasa terganggu dengan sifat Si Kecil ini, Moms.

Di usia balita, Si Kecil belum benar-benar mengenal konsep berbohong. Richard Gallagher, PhD, psikolog klinis dan direktur Parenting Institute di The New York University Child Study Center, AS, mengatakan bahwa tanpa sadar balita Anda memang sedang membelokkan kenyataan, karena mereka belum bisa membedakan yang mana khayalan dan kenyataan. "Mereka suka mengarang dan melebih-lebihkan cerita, namun hal itu adalah bentuk ekspresi imajinasi yang sangat kaya, bukan kebohongan." Karena itu, Moms perlu membantu anak menjelaskan maksudnya dengan cara-cara berikut ini agar ia tak semakin bingung.


Dengarkan Ceritanya

Di saat anak mulai mengarang sesuatu, hal pertama yang sebaiknya Anda lakukan adalah tetap tenang dan mendengarkan ceritanya. Jika anak Anda termasuk anak yang percaya diri, biasanya ia jarang memutarbalikkan kenyataan. Jadi, coba Moms temukan cara untuk membuat anak nyaman terhadap dirinya sendiri, sehingga ia merasa lebih percaya diri. Moms juga bisa meluangkan waktu untuk lebih sering bermain dengan Si Kecil agar tahu kebiasaannya tersebut.


Bantu Anak Menjelaskan

Umumnya anak merasa cemas ketika melakukan kesalahan sehingga ia akan mengarang sebuah cerita untuk menutupi kesalahannya. Jangan sampai perasaannya semakin kacau sehingga ia sulit menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Misalnya, saat ia menjatuhkan buku-buku di rak, ia berkata bahwa ada angin kencang yang meniup buku-buku tersebut hingga terjatuh. Anda dapat mengarahkan obrolan, agar Si Kecil perlahan-lahan menceritakan apa yang terjadi. Apresiasi kejujurannya dengan mengatakan, "Terima kasih sayang, kamu berani berkata jujur. Sekarang Mama jadi tahu kenapa buku-buku itu bisa terjatuh."


Hindari Memberi Time Out

Tak perlu langsung memberikan time out pada Si Kecil jika Anda merasa ia mulai mengarang cerita atau berbohong. Karena hal ini bisa membuat buah hati Anda merasa terpojok. Perasaan seperti itu justru akan membuat ia tertekan dan semakin mengalihkan pikirannya. Hindari untuk melebih-lebihkan masalah, tanya saja pada anak Anda kejadian detail saat 'kecelakaan' terjadi. Tetapi, jika Anda melihat banyak krayon berceceran di lantai, tentu Anda tak perlu bertanya lagi mengapa dinding rumah jadi penuh coretan, kan?


Bersikap Wajar

Saat Moms tahu bahwa Si Kecil yang telah mencorat-coret dinding dan menciptakan warna-warni di ruang tengah, ajak dia membersihkan dinding bersama. Langkah ini akan jauh lebih baik dibandingkan misalnya, mendesaknya untuk mengaku. Hal ini juga mengajarkan pada anak bahwa ia harus mengambil tanggung jawab atas apa yang ia lakukan. Dengan begitu anak akan lebih bertanggung jawab ketimbang mengarang untuk mencari alasan karena pertanyaan dari Anda.


Jadi Role Model

Tunjukkan pada Si Kecil bahwa ia pun dapat memercayai Anda. Jika Anda ingin balita jadi anak yang jujur, Anda pun harus menjadi orang tua yang tak pernah berbohong. Jadikan hal ini sebagai prioritas dan buang jauh-jauh gengsi untuk meminta maaf ketika Anda berbuat salah atau tidak dapat menepati janji. Anak akan belajar lebih baik dari apa yang Anda lakukan daripada sekadar kata-kata peringatan. (M&B/SW/Dok. Freepik)