Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Deteksi Kelainan Fungsi Reproduksi (1)

Deteksi Kelainan Fungsi Reproduksi (1)

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Berhati-hatilah menjaga kesehatan organ reproduksi Anda. Seperti halnya jenis organ reproduksi lain pada wanita, rahim (uterus) dan vagina pun dapat mengalami kelainan bentuk dan fungsi. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetika dan lingkungan. Seorang wanita dapat mengalaminya karena kelainan bawaan sejak lahir ataupun rusak karena kekerasan seksual.


Vagina merupakan saluran berukuran 7,5-10 cm yang bermuara di serviks dan berujung di mulut vagina (vulva). Dinding vagina dilapisi oleh epitelium yang menyelubungi jaringan ikat, otot, kelenjar getah bening, dan saraf. Dinding vagina berlekuk-lekuk, bisa memanjang dan membesar jika menerima rangsangan.


Sementara itu, rahim terletak di dalam rongga panggul, di antara kandung kemih dan dubur. Bentuknya menyerupai buah pir yang berongga. Saat terjadi kehamilan, rahim menjadi tempat penampungan janin hingga ia siap dilahirkan. Bila tidak terjadi pembuahan, dinding rahim akan luruh menjadi darah haid. Bila kedua organ reproduksi itu tidak berfungsi dengan baik, maka Si Wanita yang mengalaminya akan sulit untuk memiliki keturunan. Bagaimana hal ini dapat terjadi?


Proses Peleburan Tidak Sempurna
Menurut dr. Caroline Tirtajasa, Sp.OGdari Omni Hospital Pulomas, cacat organ reproduksi bawaan terjadi karena ketidaksempurnaan pembentukan rahim dan vagina saat janin di dalam kandungan. “Rahim dan vagina terbentuk saat janin berusia sembilan minggu. Dalam prosesnya, mungkin terjadi ketidaksempurnaan, sehingga menimbulkan kelainan,” ungkapnya.


Organ reproduksi berasal dari saluran paramesonefron (duktus muller) yang melebur dengan sinus urogenitalis. Bagian duktus muller itu membentuk rahim, saluran indung telur, mulut rahim, dan sepertiga bagian atas vagina. Sementara bagian sinus urogenitalis membentuk selaput dara dan dua per tiga bagian luar vagina. Saat peleburan terjadi, sekat yang terbentuk seharusnya menghilang, sehingga rahim dapat berbentuk kantung dan saluran-saluran yang memiliki rongga tanpa sekat.


Proses pembentukan ini berlangsung hingga usia kandungan sekitar 3 bulan. Bila proses pembentukan tidak sempurna, maka sekat-sekat peleburan tersebut tidak hilang sempurna atau tidak terbentuk dengan baik. Jika kondisi ini terjadi, maka bayi perempuan akan lahir dengan organ reproduksi yang bermasalah.


Sulitnya Mendeteksi Kelainan
Biasanya, masalah pada sistem reproduksi wanita, mulai bisa dideteksi saat anak perempuan menginjak usia akil balig. “Tanda pertama yang muncul adalah anak perempuan yang terlambat mendapat haid pertama. Ada kemungkinan, ia tidak haid atau siklus haidnya bermasalah-- darah tidak keluar dan perutnya semakin membesar. Jika itu terjadi, maka pemeriksaan lebih lanjut harus dilakukan,” jelas dr. Caroline.


Ada juga kelainan yang baru terdeteksi saat wanita tersebut menikah dan berusaha memiliki keturunan. “Pasien tetap mendapat haid, namun kelainan itu bisa saja menyebabkan pasien sulit hamil atau sering keguguran,” kata dr. Caroline. Untuk mendeteksi kelainan yang terjadi, dokter biasanya melakukan pemeriksaan dengan USG, alat sonde, ataupun pemeriksaan kromosom. (Gita/DMO/Dok. M&B)

 

Baca juga:

Ragam Bentuk dan Masalah Rahim (2)