Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Tak perlu diragukan lagi berbagai manfaat ASI bagi pertumbuhan Si Kecil. Tapi, tak sedikit Moms yang tidak dapat memberikan ASI bagi bayinya. Mengatasi hal ini, salah satu solusi alternatif terbaik adalah dengan menerima ASI donor. Namun perlu diingat, bahwa menerima ASI donor perlu melalui beberapa pertimbangan penting.
Hal ini ditegaskan oleh Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K), seorang ahli neonatal. Menurutnya, ASI merupakan prioritas utama asupan bayi, terutama bagi yang masih di bawah 6 bulan. Bayi diharapkan dapat tetap mengonsumsi ASI walaupun ibu tidak dapat memproduksi cukup ASI. Sehingga, bila produksi ASI tidak cukup walaupun sudah mengonsumsi berbagai Human Milk Fortifier (HMF) atau suplemen ASI, maka Si Kecil diharapkan tetap mengonsumsi ASI melalui ASI donor.
Akan tetapi, langkah ini cenderung tidak dipilih karena dianggap tabu dan berbahaya. Padahal, bila dilakukan dengan benar ASI donor mampu menyokong kebutuhan gizi Si Kecil dengan optimal. Terutama bagi bayi yang lahir prematur, karena kebutuhan gizinya lebih banyak dan secara spesifik dapat dipenuhi oleh ASI dengan optimal. Proses penerimaan ASI donor haruslah melalui proses screening, agar ASI donor cocok dan aman bagi Si Kecil.
Faktor Penting Screening ASI Donor
Beberapa faktor penting dalam screening ASI donor ini antara lain adalah:
1. Usia ASI donor. Menurut dr. Rina, kandungan gizi ASI berbeda-beda. Bila Si Kecil lahir prematur, maka jumlah gizi dalam ASI ibunya akan lebih banyak dibandingkan dengan yang bersalin cukup bulan, begitu pula sebaliknya. Maka, penting untuk mencocokkan usia Si Kecil dan usia donor ASI. Perbedaan antara usia donor ASI dan bayi maksimal adalah 4 bulan.
2. Kondisi pemilik ASI donor haruslah sehat dan tidak memiliki kontra-indikasi menyusui. Pendonor ASI harus dipastikan bebas dari HIV, hepatitis, dan berbagai penyakit menular lainnya.
3. Pendonor ASI haruslah tidak melakukan transfusi darah, minimal 3 bulan sebelum donor ASI. Transfusi darah menimbulkan risiko kontaminasi virus, bakteri, bahkan penyakit pada ASI. ASI yang mengandung virus, bakteri, bahkan penyakit akan menularkan berbagai gangguan kesehatan pada bayi.
4. Tidak mengonsumsi obat, hormon, atau produk apa pun yang kandungannya dapat mengubah kandungan ASI. Hal ini juga termasuk merokok, menggunakan narkoba, dan mengonsumsi alkohol.
5. Tidak memiliki riwayat gangguan kesehatan, seperti jantung dan diabetes. Ada beberapa masalah kesehatan yang bisa diturunkan melalui ASI, jangan sampai Si Kecil mengidap penyakit yang diwariskan orang lain.
Konsultasikan kebutuhan ASI Si Kecil serta kemampuan produksi ASI Anda kepada dokter. Proses screening ASI donor haruslah didampingi oleh dokter ataupun tenaga medis terkait. (Gabriela A./SW/Dok. Freepik)