Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Seks Pasca Persalinan: Yang Penting untuk Anda Ketahui

Seks Pasca Persalinan: Yang Penting untuk Anda Ketahui

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Banyak Moms yang sharing mengenai kekhawatiran mereka untuk kembali melakukan hubungan intim setelah melahirkan. Sebagian mengaku seperti kehilangan gairah terhadap suaminya dan sebagian lagi merasakan takut berlebihan.

Menurut dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, dari Brawijaya Women and Children Hospital, ketakutan itu sebenarnya wajar, namun tidak berarti boleh dibiarkan begitu saja. Ada beberapa hal yang perlu Moms ketahui mengenai kondisi pasca persalinan dan akan membantu Anda menyingkirkan ketakutan untuk kembali berhubungan intim. Berikut ini beberapa pertanyaan yang kerap dilontarkan para ibu baru saat hendak berhubungan intim dengan pasangan setelah melahirkan dan memiliki bayi.

 

T: Kapan waktu yang tepat untuk kembali berhubungan intim?

J: Hubungan intim pasca persalinan sebaiknya dilakukan setelah darah nifas tidak lagi keluar. Di Indonesia, masa nifas dipercaya selesai 40 hari pasca persalinan. Namun sebenarnya, setelah 30 hari, darah nifas sudah habis dan Anda sudah boleh kembali berhubungan intim. Hubungan intim sebelum darah nifas habis tidak disarankan, karena akan meningkatkan risiko infeksi. Darah nifas berasal dari ari-ari yang lepas dari rahim, sehingga pembuluh darahnya pun terbuka. Ketika berhubungan intim, penis yang masuk ke vagina juga akan membawa kuman. Jika kondisi pembuluh darah yang masih terbuka itu diserang kuman, rentan menimbulkan infeksi.

 

T: Apa penyebab nyeri saat melakukan hubungan intim pasca persalinan?

J: Saat melahirkan, baik normal maupun caesar, terjadi perobekan atau pembedahan yang menyebabkan luka. Hal itulah yang menyebabkan nyeri saat kembali berhubungan intim. Umumnya, luka pasca persalinan sembuh dalam 3 minggu. Namun, semua itu juga tergantung dari seberapa besar perobekan atau luka yang terjadi. Semakin besar luka, tentu akan terasa semakin nyeri dan proses penyembuhannya membutuhkan waktu lebih lama.

 

T: Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi nyeri tersebut?

J: Untuk menyembuhkan nyeri akibat trauma pasca persalinan, tidak diperlukan obat-obatan khusus, karena luka akan sembuh dengan sendirinya. Namun Anda boleh saja mengonsumsi pain killer dengan rekomendasi dokter untuk mengurangi rasa nyeri. Satu hal yang perlu diperhatikan, saat melakukan hubungan intim, harus ada lubrikasi maksimal pada wanita sebelum terjadinya penetrasi agar rasa nyeri berkurang.

 

T: Benarkah vagina menjadi lebih kering pasca persalinan?

J: Hal tersebut terjadi karena psikis ibu yang mungkin stres akibat kurang tidur, ASI tidak keluar, atau suami yang kurang berperan dalam mengurus bayi. Kondisi itu kemudian memengaruhi aktivitas seksual dengan pasangan, sehingga lubrikasi tidak terjadi secara optimal atau vagina terasa lebih kering. Untuk mengatasinya, Anda dan pasangan harus melakukan foreplay lebih lama agar lubrikasi pada vagina terjadi secara sempurna. Anda juga bisa menggunakan alat bantu, seperti gel atau lubricants untuk mengatasi kondisi ini.

 

T: Mengapa kebanyakan wanita merasa libidonya menurun setelah melahirkan?

J: Beberapa studi mengatakan, setelah melahirkan, ibu menghasilkan hormon prolaktin atau hormon menyusui yang tinggi. Keberadaan hormon tersebut menghambat produksi hormon dopamin yang berpengaruh dalam membangkitkan gairah seksual. Hal itu pun akan membuat wanita merasa lebih 'malas' berhubungan intim dengan pasangannya. Untuk mengatasinya, minta pasangan memberikan rangsangan seksual dan menstimulasi area favorit guna meningkatkan libido Anda.

 

T: Ada yang bilang, jika masih menyusui, aman untuk melakukan hubungan intim tanpa pengaman. Namun banyak pula yang kebobolan. Bagaimana kebenarannya?

J: Saat menyusui, wanita memproduksi hormon prolaktin yang sangat tinggi dan membuat pembentukan folikel (tempat sel telur berkembang) terhambat atau dikenal dengan metode amino relaktasi. Kondisi ini membuat sel telur tidak dapat terlepas, sehingga tidak terjadi pembuahan. Efektivitas pencegahan kehamilan dengan cara ini sebenarnya mencapai 98 persen, asalkan bayi disusui minimal 8 kali sehari atau sampai payudara 'kosong'. Intinya, menyusui bayi secara intens akan memproduksi hormon menyusui sangat tinggi, sehingga tidak terjadi pembuahan.

 

T: Saat terjadi orgasme, mengapa ASI suka keluar?

J: Penelitian menyebutkan, saat orgasme, Anda akan memproduksi hormon oksitosin yang tinggi dan menyebabkan ejeksi pada puting susu, sehingga ASI keluar. Kondisi ini juga terjadi karena stimulasi pada payudara saat berhubungan intim. Untuk mencegah keluarnya ASI saat orgasme, Anda harus mengosongkan payudara terlebih dahulu sebelum berhubungan intim. Susuilah Si Kecil atau pompa ASI agar Anda merasa lebih nyaman dan lebih menikmati hubungan intim dengan pasangan. (M&B/SW/Dok. Freepik)