Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Dampak Buruk Helicopter Parenting pada Anak

Dampak Buruk Helicopter Parenting pada Anak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Apakah Anda termasuk orang tua yang selalu mengatur kehidupan Si Kecil? Tidak boleh begini, tidak boleh begitu, dan harus menuruti apa pun kata Anda dan suami. Permainan dan pergaulan dipilihkan, setiap masalah pun orang tua yang selesaikan.


Pokoknya, Anda selalu berada di dekat anak dan mengontrol kehidupannya. Hal tersebut masuk dalam ciri-ciri pola asuh helikopter. Menurut Rosdiana Setyaningrum, Mpsi, MHPEd, psikolog anak dan keluarga, pola asuh ini diibaratkan orang tua yang selalu 'berputar-putar' di dekat anak layaknya helikopter.


Meskipun sebenarnya pola asuh ini memiliki tujuan baik, pada akhirnya hal ini dapat menimbulkan sesuatu yang buruk terhadap masa depan anak. Ada 9 dampak buruk yang bisa dialami Si Kecil jika Anda melakukan helicopter parenting, sebagai berikut:


1. Tidak Mandiri

Karena sejak kecil anak telah terbiasa mendapatkan bantuan dari orang tua, setiap melakukan sesuatu atau menghadapi masalah, ia akan selalu meminta bantuan. Ia pun tidak bisa mengambil keputusan sendiri dan menyerahkan semuanya kepada orang tuanya.


2. Tidak PD

Anak yang selalu diatur orang tua akan tumbuh menjadi sosok yang tidak percaya diri. Hal ini karena ia menganggap orang tuanya tidak memercayainya dalam mengambil keputusan.


3. Minder

Biasanya anak yang selalu dibantu orang tuanya dalam melakukan sesuatu, tidak memiliki keterampilan tertentu. Pada akhirnya, saat bergaul dengan teman-teman atau orang sekitarnya, anak menjadi rendah diri atau merasa minder.


4. Sulit Bergaul

Karena anak terbiasa mendapatkan perlakuan bak pangeran atau putri dari orang tua, ketika tiba saatnya berinteraksi dengan orang lain, ia pun berharap diperlakukan seperti itu. Ketika mendapatkan perlakuan tidak sesuai harapan, anak akan merasa kecewa dan sulit menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain. Ia pun cenderung menjauhi pergaulan.


5. Tidak Bahagia

Survei di Inggris mengenai pola asuh orang tua dan kondisi anak ketika besar menunjukkan, orang tua yang menerapkan pola asuh kehangatan, memiliki anak yang lebih bahagia, sehat secara mental, dan puas menjalani hidup. Sementara orang tua yang cenderung mengekang, memiliki anak yang tidak bahagia dan tidak puas akan hidupnya.


6. Lari Dari Masalah

Karena tidak terlatih menyelesaikan masalahnya sendiri, ketika tidak lagi mendapatkan bantuan dari orang tua, anak memilih untuk membiarkan ataupun lari dari masalah ketimbang menyelesaikannya.


7. Tidak Suka Bekerja Keras

Anak yang sejak kecil mendapatkan kemudahan dalam melakukan sesuatu, terutama yang berhubungan dengan pendidikan dan kehidupan sosial, karena campur tangan orang tua, cenderung tumbuh menjadi anak yang terbiasa mendapatkan sesuatu tanpa usaha. Padahal anak perlu memahami kerja keras untuk mencapai hal yang diinginkan. Hal ini akan berguna di masa depan, terutama ketika anak berinteraksi secara sosial.


8. Tidak Punya Kemampuan Dasar

Ornag tua yang selalu mengerjakan tugas yang bisa dikerjakan anak, seperti mengikat tali sepatu, merapikah tempat tidur, dan lain-lain, malah akan membuatnya tidak dapat memelajari kemampuan dasar yang perlu dimiliki manusia. Ketika anak tidak bisa melakukan hal-hal kecil, maka kemungkinan akan sulit melakukan hal yang lebih besar.


9. Cemas dan Depresi

Karena Anda selalu mengontrol kehidupan dan tidak membiarkannya mengambil keputusan sendiri, anak tidak memiliki kebebasan yang menjadi hal dasar anak. Ia bisa mengalami stres, kecemasan hingga depresi. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)