Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Kehidupan balita di Nusa Tenggara Timur (NTT) ternyata tidak seindah pemandangan alam di wilayah mereka. Bahkan, menurut data Dinas Kesehatan Provinsi NTT, angka kematian bayi dan balita (AKB) tahun 2012 sebanyak 103/1.000 kelahiran hidup. Diare merupakan penyebab kematian tertinggi pada bayi dan balita.
Sulitnya akses air, pengetahuan keluarga tentang pola hidup bersih, dan saluran sanitasi yang buruk menjadi penyebab utama kematian. Angka kematian itu masih terlalu tinggi dibandingkan target Millenium Development Goal's 2015. Pemerintah menargetkan angka kematian 32/1.000 kelahiran hidup. Dengan angka kematian tinggi itu, NTT menjadi provinsi yang masuk dalam 10 besar AKB di Indonesia.
Isu kesejahteraan berpengaruh besar terhadap kualitas hidup, dan kesempatan hidup panjang seseorang. Kesempatan hidup lebih baik dimulai sejak dini dalam 1.000 hari pertama seorang anak. Namun nyatanya, banyak putra-putri NTT tidak dapat melanjutkan kehidupan mereka sebelum usia mereka genap menginjak 5 tahun.
Kerjasama Pemerintah dan Swasta
Untuk meningkatkan kualitas hidup warga NTT, Drs. Ayub Titu Eki MS. Ph.D, Bupati Kupang, menyatakan perlu bantuan dari pemerintah dan swasta. Ayub juga berharap agar masyarakat NTT harus mampu bekerja sama dengan kedua lembaga tersebut.
Dari penelitian yang dilakukan pihak swasta dan pemerintah, diketahui bahwa rendahnya kesejahteraan di NTT adalah karena kondisi alam yang sulit. Masyarakat masih belum leluasa mendapat akses air bersih untuk keperluan hidup mereka sehari-hari. Akibatnya, masalah kesehatan yang terkait dengan kebersihan menjadi isu utama dan masalah yang belum terpecahkan. Namun, pemerintah optimis masalah tersebut bisa diselesaikan. Meski sulit, masyarakat butuh banyak pengetahuan dan pendidikan yang tepat untuk menyiasati kondisi alam tersebut.
“Percuma kalau hanya ada kampanye pola hidup bersih seperti cuci tangan pakai sabun. Nyatanya, di NTT masalah yang paling pelik adalah sulitnya akses air, jadi bagaimana mau cuci tangan kalau air saja sulit didapat? Yang perlu diperhatikan adalah sosialisasi dari lembaga-lembaga terkait, dan akses pendidikan yang lebih layak agar mereka secara sadar mampu meningkatkan kualitas hidup mereka.” ungkap Ayub saat ditemui di Lifebuoy, 5 Tahun Bisa Untuk NTT.
Tentu saja banyak hal harus dibenahi tetapi memang ada baiknya masyarakat mulai diajak melangkah ke kehidupan lebih baik bukan membiarkan mereka jalan di tempat. (Gita/SR/Dok.WFP)