Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Setiap orangtua tentu resah jika bayinya jatuh sakit. Banyak di antara mereka yang segera memeriksakan bayinya ke dokter, meskipun ia hanya terserang batuk atau pilek biasa. Tak jarang, orangtua juga meminta resep antibiotik pada dokter untuk mempercepat kesembuhan Si Kecil. Perlukah hal tersebut dilakukan?
Cara Kerja Antibiotik
Penggunaan antibiotik memang dikenal luas di masyarakat, tapi mereka agaknya kurang paham dengan kegunaannya. Antibiotik merupakan senyawa yang dihasilkan dari mikroba dari jenis bakteri dan fungi yang digunakan untuk membunuh bakteri target di sekitarnya. Dalam dunia medis, antibiotik relevan digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen.
Antibiotik bekerja layaknya pestisida, yaitu dengan menekan atau memutus 1 mata rantai metabolisme. Namun, antibiotik tentu tidak efektif bila digunakan untuk menangani infeksi virus, fungi, atau mikroba non-bakteri lainnya. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik untuk mencapai lokasi tersebut. Penisilin, streptomisin, tetrasiklin, ampisilin adalah contoh antibiotik yang sering digunakan.
Dampak Antibiotik pada Bayi
Setiap orangtua harus jeli mengenal penyakit anaknya. “Lihat gejala-gejalanya, bagaimana diagnosis klinisnya. Kalau hanya selesma (common cold) atau diare akut (acute watery diarrhea), tidak perlu konsumsi antibiotik. Pemakaian antibiotik yang sembarangan hanya membuat risiko resistensi menjadi tinggi,” jelas dr. Purnamawati S. Pujiarto, Sp.A(K),MM.Ped, penasihat Yayasan Orangtua Peduli (YOP).
Resistensi antibiotik adalah istilah yang dipakai bila kuman tertentu menjadi kebal terhadap antibiotik tertentu. Uji kepekaan atau uji resistensi terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan biakan sampel darah ataupun urine, dan kuman yang ada dapat diuji kepekaannya terhadap berbagai jenis antibiotik.
Anak-anak, termasuk bayi, adalah golongan usia yang secara tak langsung menjadi objek pasar berbagai produk antibiotik yang diresepkan dokter. Menurut dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, pemakaian antibiotik memang harus selalu rasional dan tepat indikasi. Bila penggunaan antibiotik tidak tepat, kuman yang ada dapat kebal atau menjadi resisten terhadap antibiotik.
Kepedulian orangtua terhadap resistensi antibiotik sangat baik untuk mengontrol penggunaannya yang berlebihan. Orangtua juga bisa mendiskusikan dengan dokter yang menangani bayinya bila memang ada antibiotik yang diresepkan. “Bagi bayi, khususnya newborn yang masih rentan infeksi, bila dicurigai terkena infeksi bakteri dan memerlukan antibiotik, biasanya dilakukan cek darah. Ini perlu dilakukan untuk membantu membuat diagnosis yang baik,” jelasnya.
Daya tahan tubuh newborn yang masih belum sempurna akan terbantu dengan perlindungan yang diberikan lewat ASI, sehingga bisa melindungi bayi dari penyakit. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan aman akan menyebabkan bakteri bermutasi dan menjadi kebal, sehingga tidak mampu lagi dilawan dengan antibiotik. (M&B/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- Bayi
- Antibiotik