Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Autisme memang sudah cukup lama dikenal masyarakat, namun masih saja banyak pertanyaan yang tersisa mengenai gangguan perkembangan otak ini. Berikut ini beberapa pertanyaan dan jawabannya seputar autisme yang perlu kita ketahui bersama, berdasarkan buku berjudul 200 Pertanyaan & Jawaban Seputar Autisme yang ditulis oleh Gayatri Pamoedji, pendiri Yayasan Masyarakat Peduli Autis (MPATI).
1. Apakah penyebab autisme?
Hingga saat ini, penyebab dari autisme belum diketahui. Para ahli masih terus melakukan penelitian untuk mengetahui jawabannya. Namun beberapa kondisi seperti komplikasi sebelum dan sesudah melahirkan, polusi, faktor genetik, keracunan logam berat, dan alergi terhadap makanan tertentu disebut bisa menjadi pemicu timbulnya autisme. Hanya saja, belum ada riset yang dapat membuktikan kebenaran tersebut dan para ahli pun masih terus memperdebatkannya.
2. Benarkah anak menjadi autisme karena ibu stres saat hamil?
Ibu yang stres saat hamil sesungguhnya tidak menyebabkan anak menjadi autisme. Hal ini diperkuat oleh para ahli yang tidak memasukkan 'stres saat hamil' dalam daftar yang harus diselidiki sebagai penyebab autisme. Selain itu, fakta juga memperlihatkan banyak ibu yang mengalami stres saat hamil, namun tidak melahirkan anak autisme.
3. Apakah gejala autisme bisa terlihat sejak bayi?
Ya, gejala autisme sudah bisa dideteksi saat bayi berusia 9 bulan. Namun orangtua harus benar-benar cermat mengamatinya. Di usia tersebut, anak yang memiliki risiko autisme biasanya tidak bisa melakukan kontak mata, tidak bereaksi saat namanya dipanggil, dan tidak suka dipeluk. Gejala autisme akan semakin banyak muncul seiring dengan pertumbuhan usia Si Kecil.
4. Para ahli mengatakan, bermain dengan anak autisme yang penting interaksinya, bukan jenis kegiatannya. Apa maksud pernyataan tersebut?
Anak autisme memiliki kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Itulah sebabnya, bermain dengan mereka harus dilakukan dengan tujuan untuk melatihnya berinteraksi, bukan menyelesaikan sebuah permainan atau pertandingan. Interaksi saat bermain dengan anak autisme bisa dikatakan berhasil jika ia tertarik dengan keberadaan Anda, mau berbagi kesenangan saat beraktivitas, dan berusaha mencari tahu apakah Anda juga menikmati kegiatan yang dilakukan.
5. Jadi, mainan apa yang paling disarankan untuk anak autisme?
Pada prinsipnya, segala permainan yang melibatkan interaksi dan merangsang panca indera sangat baik bagi anak autisme. Untuk menstimulasi indera penglihatan, misalnya, Anda bisa mengajaknya mengelompokkan kancing dengan warna yang sama. Sedangkan untuk melatih motorik halusnya, Anda bisa mengajarinya menyusun balok atau main kelereng. Namun jangan hanya terpaku dengan mainan yang sudah ada, asah dan kembangkan terus kreativitas Anda saat bermain dengan anak autisme.
6. Adakah makanan yang harus dihindari oleh anak autisme? Lalu, apa makanan yang disarankan untuknya?
Makanan yang harus dihindari oleh anak autisme sebetulnya sama dengan anak lainnya, seperti makanan dengan pewarna, pengawet dan penyedap rasa, makanan kemasan, makanan siap saji, kaldu instan, minuman soda, mi instan, sirup, semua produk yang mengandung susu sapi dan terigu, permen, gula, jelly, serta daging atau ayam olahan yang cenderung menggunakan bahan kimia, hormon, juga antibiotik.
Sementara makanan yang disarankan adalah makanan segar, sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, cokelat, ikan segar, telur, dan ayam kampung. Selain itu, untuk pengganti terigu, gunakanlah tepung beras, tepung kanji, tepung tapioka, kentang, beras ketan, singkong, beras merah, dan ubi. Untuk pengganti susu sapi, gunakan susu kedelai, susu dari beras, susu almond, dan es krim dari jus buah segar buatan sendiri. Sedangkan untuk pengganti gula, gunakan madu murni secukupnya.
7. Apakah autisme bisa disembuhkan?
Tentu saja! Anak autisme dapat dikatakan 'sembuh' ketika ia sudah bisa hidup mandiri, berperilaku normal, mampu berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan baik, serta memiliki pengetahuan akademis memadai sesuai tahapan usianya. Untuk mencapai 'kesembuhan' tersebut, orangtua tentu harus rajin memberikan terapi sesuai kebutuhan anak. Waktu yang diperlukan untuk mencapai 'kesembuhan' sangat beragam karena dipengaruhi berbagai faktor, seperti tingkat keparahan, usia anak, tingkat kecerdasan, kemampuan bahasa, fasilitas penunjang (dokter, terapis, sekolah khusus), dan kesiapan orangtua untuk memenuhi segala kebutuhan lainnya, termasuk dukungan masyarakat di sekitarnya.
Untuk penanganan terbaik, tidak ada yang lebih penting bagi anak autisme selain diberikan terapi sedini mungkin. Semakin cepat ia mendapatkannya, semakin cepat pula peluangnya untuk 'sembuh'. Anda bisa membawanya ke tempat terapi khusus untuk anak autisme, namun jangan ragu juga untuk melatihnya sendiri di rumah. Sadarilah bahwa sebagai orangtua, Anda merupakan sosok yang paling ia butuhkan untuk mendukung 'kesembuhannya'. (M&B/SW/Dok. Freepik)