Type Keyword(s) to Search
BABY

Mana Lebih Baik, Vaksin dengan Demam Atau tanpa Demam?

Mana Lebih Baik, Vaksin dengan Demam Atau tanpa Demam?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Saat memiliki bayi, pemberian vaksin atau imunisasi untuk Si Kecil merupakan kegiatan rutin yang Anda lakukan untuk menjaga kesehatan Si Kecil. Masalahnya, ada vaksin yang menyebabkan bayi demam, dan ada yang tidak. Padahal,demam merupakan salah satu efek samping yang bisa terjadi pada beberapa anak setelah diberi vaksin.

Beberapa jenis vaksin yang bisa menimbulkan efek demam pada bayi misalnya adalah vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Karena itu, ada orang tua yang memilih jenis vaksin DPT yang diimpor agar tidak menyebabkan demam pada buah hatinya. Namun dari kedua jenis vaksin tersebut, mana sebenarnya yang lebih baik untuk anak Anda, Moms?

Mana Lebih Baik, Vaksin dengan Demam atau tanpa Demam?

Setelah menerima vaksin, anak-anak memang bisa langsung mengalami demam. Hal ini dikarenakan tubuh anak dimasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuhnya. Ini berguna untuk membuat sistem kekebalan tubuhnya mengenali, sehingga akan memicu respons antibodi ketika penyakit tersebut menyerang. Maka, efek sampingnya, Si Kecil akan demam sebagai tanda vaksin bekerja dengan baik. Kendati demikian, bukan berarti vaksin yang tidak menimbulkan demam tidak bekerja dengan baik di tubuh anak lho, Moms! Demam tidak menjadi parameter sukses atau tidaknya sebuah vaksin bekerja di tubuh anak.

Vaksin Whole Cell dan Vaksin Aseluler

Menurut dr. Rouli Nababan, Sp.A, sebenarnya tidak ada vaksin tanpa risiko demam, yang ada adalah vaksin dengan risiko demam tinggi atau rendah. Jenis vaksin yang memiliki risiko demam tinggi di antaranya adalah campak, MMR, dan pneumokokus. Sementara untuk vaksin DPT terdapat dua pilihan, yaitu vaksin DPT yang memiliki risiko demam tinggi dan vaksin DPT aseluler (DPaT) dengan risiko demam rendah. Penyakit yang diatasi kedua vaksin tersebut sama, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus.

Hanya saja berkat kecanggihan teknologi kesehatan, vaksin DPaT dapat meminimalkan risiko demam. Vaksin DPaT merupakan alternatif bagi bayi atau anak yang pernah menderita kejang demam atau mempunyai penyakit saraf lainnya.

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Divisi Tumbuh Kembang Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, Sp.A(K) menjelaskan, demam disebabkan oleh kandungan pertusis pada vaksin DPT jenis whole cell. Istilah whole cell sendiri berarti pembuatan vaksin menggunakan seluruh sel kuman yang telah dilemahkan. Akibatnya, anak berisiko demam hingga kejang demam, karena suhu tubuh terlalu tinggi.

"Karena itu, pada perkembangan selanjutnya, dibuatlah vaksin yang aseluler, artinya selnya diambil, sehingga tidak semua kuman dimasukkan ke dalam vaksin"," jelas Prof. Dr. Kusnandi. Setelah dilakukan penelitian, vaksin DPT aseluler memang tidak menyebabkan demam atau setidaknya hanya risiko demam yang ringan.

Sebagai perbandingan, kemungkinan timbul panas dengan suhu 38 derajat Celsius akibat vaksin DPT biasa adalah 40-60 persen. Sedangkan kemungkinan demam dari vaksin DPaT hanya sekitar 9 persen dan hanya 0,2 persen untuk suhu di atas 39,5 derajat Celsius. Kedua vaksin ini pun memiliki efektivitas yang hampir sama. Hanya memang, adanya perbedaan kandungan vaksin dan metode pembuatannya membuat vaksin aseluler tentu memiliki harga lebih mahal dibandingkan dengan vaksin whole cell.

Pilihan untuk menggunakan vaksin dengan demam atau tanpa demam sepenuhnya merupakan pilihan Anda, Moms. Namun yang terpenting dan harus Anda perhatikan adalah anak mendapat imunisasi tepat pada waktunya dan sesuai dengan usianya ya, Moms. (M&B/SW/Dok. Freepik)