Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
World Sleep Day atau Hari Tidur sedunia diperingati setiap tanggal 16 Maret. Peringatannya tahun ini pun menghasilkan sebuah fakta dari penelitian yang dilakukan Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA), pemimpin global dalam teknologi kesehatan.
Melalui riset bertajuk "Better Sleep, Better Health. A Global Look at Why We’re Still Falling Short on Sleep” ditemukan 4 alasan mengapa seseorang mengalami kesulitan dalam hal tidur. Penelitian ini sendiri dilakukan dengan survei pada masyarakat di 13 negara (Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Polandia, Prancis, India, China, Australia, Kolombia, Argentina, Meksiko, Brasil dan Jepang).
Dari hasil yang didapat, diperkirakan lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia menderita sleep apnea, 80 persen di antaranya tetap tidak terdiagnosa, dan secara global 30 persen orang mengalami kesulitan untuk memulai tidur tanpa terjaga di malam hari.
Hal ini tentu mengejutkan karena tidur penting dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Sayangnya hanya sepertiga dari orang dengan gangguan tidur yang mencari bantuan tenaga kesehatan profesional. Lalu, apa alasan mereka mengalami masalah susah tidur ini? Berikut 4 alasan utamanya:
1. Kami masih belum memprioritaskan tidur: Di 13 negara ini, survei tersebut menemukan bahwa mayoritas orang dewasa secara global menganggap tidur berdampak penting bagi keseluruhan kesehatan mereka.
Namun, ketika mereka diminta untuk memasukkan kebiasaan tidur sehat sebagai bagian gaya hidup, hanya 29 persen yang merasa bersalah tidak menjaga kebiasaan tidur yang baik. Angka ini ternyata lebih rendah dibandingkan dengan keinginan berolahraga secara rutin (49 persen) dan menjaga pola makan sehat (42 persen).
2. Kami menghadapi hambatan untuk tidur berkualitas - dan dampak dari tidur yang buruk: 6 atau lebih dari 10 orang dewasa (61 persen) di dunia memiliki beberapa jenis masalah medis yang mempengaruhi tidur mereka.
Sekitar seperempat orang dewasa menderita insomnia dan 1 dari 5 orang mendengkur saat tidur. Stres atau banyak pikiran membuat lebih dari setengah orang dewasa di dunia sulit tidur dalam 3 bulan terakhir.
Selain itu, penggunaan gadget di malam hari juga menjadi salah satu pengaruhnya. Padahal, dengan memiliki tidur tidak berkualitas membuat mereka merasa murung, mudah marah, tidak termotivasi, dan juga mengalami kesulitan berkonsentrasi.
3. Kita mau berupaya: Secara global, sekitar 77 persen orang telah mencoba memperbaiki tidur mereka dengan cara tertentu. Seperti mendengarkan musik lembut atau mengatur jadwal tidur/bangun mereka. Namun ternyata, tidur berkualitas yang mereka dambakan belum tercapai.
4. Millenials memiliki pandangan berbeda mengenai tidur: Dalam survei ini, terdapat responden yang berusia 18-24 tahum. Faktanya, mereka punya jumlah jam tidur yang lebih rendah dibanding mereka dalam kelompok usia di atas 25 tahun. Dan mereka juga merasa bersalah akan perilaku yang tidak sehat dan ingin mereka perbaiki.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidur menjadi indikator tubuh yang sehat. "Tidur adalah landasan gaya hidup sehat. Seberapa baik dan berapa lama kita tidur setiap malam sebelumnya adalah variabel paling penting yang mempengaruhi perasaan kita pada hari berikutnya," kata Dr. David White, Chief Medical Officer, Philips Sleep & Respiratory Care
Untuk memperbaiki masalah ini, Philips pun membuka Sleep and Respiratory Education Center pertama di Asia Tenggara. Pusat pendidikan ini bertujuan untuk melatih para tenaga kesehatan profesional di seluruh wilayah Asia Pasifik untuk bisa mendiagnosis dan mengobati gangguan tidur dengan lebih baik. (Vonia Lucky/TW/Dok. Freepik, Philips)