Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Sudah jadi karakter manusia jika sedang bersemangat cenderung ingin melakukan apa pun yang dengan cepat. Seluruh kemampuan dikerahkan dengan harapan mendapatkan hasil terbaik. Sayangnya, sikap ini tidak berlaku di olahraga. Latihan olahraga haruslah diawali dengan lambat dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan tubuh, bukan sesuai keinginan ataupun emosi.
Ya, dijelaskan dr. Michael Triangto, Sp.KO, dokter spesialis dokter olahraga Slim + Health Sports Therapy dan penulis buku Jalan Sehat dengan Sports Therapy, jika belum pernah melakukan joging, maka sebaiknya tidak melakukan Iari, terlebih lagi selama 30 menit terus-menerus. Lebih baik melakukan jalan sehat selama 30 menit. Setelah melakukan beberapa lama, kecepatan berjalan boleh ditingkatkan, sampai akhirnya sampai pada tahap joging selama 30 menit.
Setelah mampu melakukan joging barulah mencoba untuk melakukan olahraga lari. Mungkin tidak Iangsung selama 30 menit, tetapi diawali dulu dengan 20 menit, sedikit demi sedikit dapat dinaikkan Iamanya sampai pada 30 menit.
“Hal yang sama juga dilakukan pada kekerapan Iatihan dari dua kali seminggu perlahan-lahan bertambah sampai menjadi tiga kali bahkan Iima kali per minggu,” ungkapnya dalam bukunya, ditulis Jumat (9/2/2018)
Mengapa Iatihan jalan sehat harus dilakukan secara perlahan-Iahan? Jika Iatihan Iangsung dengan kecepatan tinggi, maka tubuh tak mendapat waktu yang cukup untuk beradaptasi.
Yang terjadi adalah tubuh akan memberikan respons terhadap beban yang diberikan pada tubuh secara berlebihan dengan cara mengencangkan otot-otot tubuh. Dimana hal itu menghimpit pembuluh darah dan pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Pada penderita penyakit tekanan darah tinggi yang melakukan olahraga berat, tekanan darahnya akan jadi bertambah tinggi dan dapat menimbulkan bahaya serangan jantung atau stroke.
“Banyak orang meninggal saat olahraga – entah karena main futsal, sepak bola dan olahraga lainnya – inilah alasannya. Jadi, jangan memforsir semua tenaga saat berolahraga, apalagi bila Anda orang yang termasuk jarang berolahraga,” tegas dokter Michael. (Qalbinur Nawawi/Dok. Freepik)