FAMILY & LIFESTYLE

Panduan Lengkap Ibu Bekerja Mendidik Anak (III-Habis)


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Memiliki anak cerdas baik IQ (intelligence quotient) dan EQ (emotional quotient) pasti menjadi impian semua orang tua. Tapi, semua itu tidak datang begitu saja atau terjadi karena faktor keturunan. Orang tua harus membentuk anaknya hingga bisa tumbuh sebagai anak yang cerdas.

Kuncinya, ialah menstimulasi otak anak. Mulai dari umur 1-3 tahun orang tua harus mencurahkan waktunya untuk menstimulasi Si Kecil. Apakah mulai dengan mengajaknya berkomunikasi, bermain, menonton, mendongeng, atau hal-hal seru lainnya.

Tapi, faktanya untuk melakukan semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi untuk ibu bekerja yang cuma punya sedikit waktu untuk bersama dengan anaknya.

Bila Anda orang yang punya kecemasan yang sama, jangan cepat menyerah moms. Di bawah ini Mira D. Amir, psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan (LPT) Universitas Indonesia, membagi panduannya agar ibu bekerja mampu mengstimulasi anak secara maksimal. Berikut penjelasan lengkapnya.

Dilarang memberi makan anak, saat Anda lapar

Baiknya para ibu harus “isi perut” dulu kalau mau mengajak makan. Karena, kebanyakan saat kondisi lapar, banyak ibu jadi orang yang gampang marah. Bayangkan, Anda sudah capek mengerjakan kerjaan kantor, menerobos kemacetan, kemudian sesampainya di rumah langsung membuat makanan saat kondisi Anda sendiri sedang lapar. Tapi saat Anda memberikan makanan ke anak Anda, ia justru menolak. Kira-kira apa reaksi Anda? Pasti kesal atau marah, kan. Alih-alih ingin anak makan banyak dan cepat tidur, malah dia ketakutan serta tidak mau makan.

“Sudah tentu, kalau seperti itu efeknya tidak bagus buat anak. Kalau memang sedang lapar, lebih baik anak minta pasangan Anda untuk menjaga Si Kecil terlebih dahulu. Kalau Anda sudah selesai makan, baru datangi anak,” ungkap Mira.

Jangan gampang baper

Dalam mengasuh anak pasti adakalanya Anda ingin bermain anak Anda tapi anak Anda malah mau main dengan ayah. Atau, saat Anda sudah membuat makanan tapi anak Anda menolaknya. Menurut Mira, penolakan dari anak itu hal yang biasa. Tidak perlu harus ditanggapi secara serius yang 'ah, apa makanan saya tidak enak, ya?' atau 'oh, anak saya lebih sayang sama ayahnya, ya'. Tidak begitu lho, Moms.

Pasalnya, mengasuh anak pasti Anda pasti bakal menemuka respons yang tidak sesuai yang diharapkan. “Misal, setelah pulang kerja Anda ingin bermain dengan anak Anda. Tapi, si anak lebih senang main dengan ayahnya. Yaudah, itu karena dia lagi nggak mau saja,” katanya.

Harus menyenangkan

Apapun kegiatan stimulasi yang Anda pilih, buatlah kondisi yang menyenangkan buat dia. Kalau bisa, buatlah “ketagihan” dengan kegiatan itu. Tersebab itu tanda stimulasi yang Anda lakuan diterima oleh anak. Apakah saat Anda mendongengi dia, bermain sepeda, makan bersama, nonton kartun anak bersama. Karena, proses pengetahuan diterima oleh anak dan menetap jadi karakter itu terjadi lewat bermain. Jadi, pengetahuan diserap anak bukan dengan cara pengajaran.(Qalbinur Nawawi/Dok. Pexels)

Panduan Lengkap Ibu Bekerja Mendidik Anak (II)

Panduan Lengkap Ibu Bekerja Mendidik Anak (I)

Yang Harus Diperhatikan Ibu Bekerja dalam Mendidik Anak

Menitipkan Anak pada Kakek-Nenek? Boleh Kok! Asalkan..

Ibu Bekerja Mendidik Anak? Begini Caranya