FAMILY & LIFESTYLE

Ayo Cegah Difteri dengan Imunisasi


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Saat ini Indonesia tengah mengalami kejadian luar biasa (KLB) difteri! Menurut Kementerian Kesehatan, difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diptheriae dan sangat menular. Umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan. Penyakit ini juga bisa menyerang kulit, bahkan menjadi berpotensi menyebabkan kematian.

Infeksi ini sedang menjadi fokus Kementerian Kesehatan karena wabah ini sudah menyebar hingga 20 provinsi di Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes (3/12/17) hingga November 2017 ini ada 95 kabupaten/kota dari 20 provinsi melaporkan kasus difteri.

Sementara pada kurun waktu Oktober November 2017 ada 11 provinsi yang melaporkan terjadinya KLB difteri di wilayan/kota-nya, yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Menurut Kemenkes, beberapa gejala difteri antara lain:

-Demam dengan suhu 38 Celsius.

-Munculnya selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan dan akan berdarah saat terkelupas.

-Sakit saat menelan dan kadang di sertai pembesaran kelenjar getah bening leher.

-Pembengkakan juga terjadi pada jaringan lunak leher yang disebut bullneck.

-Sesak napas dan suara seperti 'ngorok.'

Cegah dengan Vaksin!

Pencegahan infeksi difteri bisa dilakukan dengan imunisasi yang dibagi menjadi tiga jenis. Pertama DPT-HB-Hib sebagai vaksin dasar dan diberikan pada bayi atau anak bawah satu tahun, dengan dosis 3 kali dan diberikan jarak vaksin satu bulan.

Untuk tahapan selanjutnya (booster), pada anak sekolah tingkat dasar kelas 1 diberikan satu dosis vaksin DT. Kemudian untuk kelas 2 diberikan satu dosis vaksin Td, begitu juga saat anak memasuki pendidikan di kelas 5 yang diberikan satu dosis vaksin Td.

Infeksi ini tidak hanya bisa dialami anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Untuk itu, vaksin perlu dilakukan 10 tahun sekali bagi prang dewasa untuk mencegah infeksi dan persebaran bakteri.

Jika anak Anda mulai mengalami kesulitan menelan dengan suara napas seperti mengorok (stridor) terutama untuk anak dibawah umur 15 tahun, segeralah bawa ke dokter. Gejala-gejala lainnya di atas juga bisa menjadi tanda bahwa Anda perlu memeriksakan anak ke rumah sakit untuk mendapat penanganan lebih cepat.

Sebagai antisipasi, semua pihak keluarga dan orang di sekitarnya juga perlu langsung diperiksa agar penyebaran virus Corynebacterium Diptheriae tidak terjadi lebih luas. Mencegah akan jauh lebih baik dari pada mengobati. Maka dari itu, Moms perlu lebih waspada terhadap infeksi difteri ini demi menjaga anak dan keluarga tetap sehat. (Vonia Lucky/TW/Dok.Freepik)