BUMP TO BIRTH

Bahaya Konsumsi Obat Pereda Sakit Kepala saat Hamil


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Tahukah Anda, sebuah penelitian mengungkap fakta bahwa risiko bayi terkena cerebral palsy akan meningkat jika ibu mengonsumsi aspirin saat hamil. Bayi baru lahir memilliki kemungkinan hingga 2,5 kali lebih tinggi mengidap penyakit yang sulit disembuhkan ini. Cerebral palsy sendiri adalah penyakit yang menyebabkan anak memiliki kerusakan pada otak serta kesulitan dalam berbicara dan bergerak. Bahkan kemungkinannya menjadi 50% lebih tinggi jika ibu mengonsumsi paracetamol.

Hal ini diketahui melalui penelitian yang dilakukan oleh Universitas Copenhagen pada lebih dari 180.000 wanita sebagai subjek. Sebanyak 5.000 wanita mengonsumsi aspirin, jumlah responden yang sama mengonsumsi ibuprofen. Ada juga 90.000 wanita lainnya mengaku meminum paracetamol untuk meredakan rasa sakit.

Peneliti pun menemukan 375 bayi menderita kelainan otak, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengonsumsi aspirin memiliki risiko menderita cerebral palsy pada tubuhnya. Sedangkan bayi yang terkena paracetamol 30 persen dapat mengidap cerebral palsy secara menyeluruh, dan 50 persen lainnya hanya terjadi di satu sisi tubuh. Namun, tidak ditemukan efek apapun pada bayi dengan ibu yang mengonsumsi ibuprofen.

Para ilmuan ini bersikeras tidak menemukan bukti secara langsung bahwa obat-obatan tersebut akan menyebabkan cerebral palsy. Namun, terdapat keterkaitan antara keduanya dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Untuk meredakan rasa sakit bagi ibu hamil, biasanya disarankan untuk dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mereka. Namun, penelitian berikut meminta konsumsi obat tersebut harus dicek ulang. Cerebral palsy sendiri menjadi salah satu penyakit yang diderita lebih dari 2.000 bayi baru lahir di Inggris. Penyakit ini menyebabkan si bayi tidak berkembang dengan baik di dalam kandungan atau menjadikan anak difabel setelah lahir.

Penyebabnya bisa terlihat dari pendarahan di dalam otak bayi atau berkurangnya pasokan darah dan oksigen dalam tubuhnya. Infeksi yang dialami oleh ibu saat mengandung juga bisa menjadi salah satu faktor, tetapi penyebab pastinya belum jelas. Gejala seperti otot yang lemah, kesulitan berbicara, pandangan yang kabur, dan ketidakmampuan anak dalam belajar baru akan terlihat saat anak berusia 2 sampai 3 tahun.

Belum ada obat atau penanganan yang dapat menyembuhkan kondisi ini, terutama yang mempengaruhi gerak tubuh. Namun, terapi wicara dan physiotherapy dapat membantu anak menjadi lebih mudah berkomunikasi dan melakukan kegiatannya sehari-hari.

Para peneliti sendiri menjelaskan bahwa mengonsumsi obat pereda sakit di trimester kedua dan ketiga menjadi saat yang berbahaya. Hal ini dikarenakan pada usia kehamilan tersebut, janin sedang dalam proses pengembangan otak. Mereka menyatakan bahwa obat seperti paracetamol dan aspirin dapat memicu racun saat otak sedang berkembang. Hal ini bisa merusak secara permanen atau menggangu hormon sang ibu saat proses perkembangan otak janin sedang berlangsung.

Sang peneliti yang mempublikasikan penemuannya pada International Journal of Epidemiology mengatakan, "masih terdapat kontroversi apakah kasus pranatal karena parasetamol atau aspirin dapat mempengaruhi perkembangan saraf.”

Menurutnya, dahulu ibu hamil diperbolehkan untuk mengonsumsi obat-obatan tersebut karena aman. Namun saat ini, terdapat perubahan yang perlu diperhatikan karena mempengaruhi perkembangan otak janin. Keamanan terhadap kandungan dalam obat dan sebagai wanita, perlu berhati-hati saat mengonsumsinya selama kehamilan.

Dr. Sunit Godambe dari Royal College of Paediatrics and Child Health mengatakan, belum ada penelitian yang membuktikan hubungan terkait konsumsi obat dan cerebral palsy. “Meski begitu, ibu hamil harus berkonsultasi kepada dokter terlebih dahulu terkait obat yang dikonsumsi selama kehamilan,” tegas Dr. Sunit. Nah, bagi Anda yang sedang mengandung, sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter Anda sebelum mengonsumsi obat-obatan ya, Moms! (Vonia Lucky/TW/Dok. Freepik)