TOODLER

Ini Dampak Memukul Anak Bagi Masa Depannya!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Tingkah Si Kecil memang tidak ada habisnya. Kadang kala dalam 24 jam, Si Kecil tidak selalu bertingkah baik, seperti sengaja menumpahkan air, mewarnai di lantai hingga tembok, atau sengaja mencubit adik yang masih bayi. Tenang Moms, ia hanya merasa penasaran apa yang terjadi pada lantai bila ia menumpahkan air atau seperti apa tembok nantinya bila mereka warnai.

Lalu, apa reaksi Anda ketika melihat kejadian itu? Menegur dan memukulnya? Apakah yakin dengan memukul ia akan menghentikan kegiatan tersebut dan tidak akan mengulanginya lagi? Moms, ternyata membentak Si Kecil dapat meningkatkan risiko depresi, bunuh diri, minum alkohol pada tingkat sedang sampai berat, atau menggunakan obat-obatan terlarang.

Riset menemukan bahwa pola asuh yang keras sering meninggalkan dampak yang bertahan lama pada anak. Peserta penelitian diminta mengisi kuesioner. Mereka ditanya seberapa sering mereka dipukul dalam 18 tahun pertama, apakah orang dewasa menimbulkan pelecehan fisik atau emosional terhadap mereka dan latar belakang rumah tangga mereka.

Studi tersebut menemukan bahwa hampir 55 persen responden dilaporkan dipukul dan laki-laki lebih cenderung mengalami pukulan semasa usia anak-anak dibandingkan wanita. Studi tersebut menunjukkan bahwa mereka yang melaporkan paparan terhadap pukulan telah meningkatkan kemungkinan depresi dan masalah kesehatan mental lainnya.

Menurut peneliti yang dipimpin oleh Dr Andrew Grogan-Kaylor dan Dr Shawna Lee memiliki masa lalu berupa kekerasan fisik dapat menjadi pengalaman yang merugikan yang berdampak pada risiko depresi saat dewasa. Masih tega memukul Si Kecil? (Seva Dwinovridayati/TW/Dok. Freepik)