ARCHIVE

Problem Gizi di Indonesia, ‘Bom Waktu’ di Masa Depan


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Isu gizi di Indonesia menjadi persoalan yang besar dan penting diperhatikan. Karena itu, edukasi tentang gizi kepada masyarakat harus digencarkan secara terus-menerus.
“Sejak tahun 70-an, FAO (Badan Pangan dan Pertanian Dunia) menegaskan bahwa gizi merupakah salah faktor penting. Pasalnya, permasalahan gizi akan menjadi bom waktu di masa mendatang,” papar Arif Satria Dekan FEMA IPB pada acara Journalist Goes to Campus, di Hotel Santika, Bogor, Selasa (23/08), yang diselenggarakan oleh Danone kerja sama dengan FEMA IPB.
Pada suatu kesempatan, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa persoalan gizi berdampak terhadap faktor ekonomi secara makro di masa depan. “Berputar seperti lingkaran. Masalah gizi menyebabkan produktivitas menurun, pendapatan rendah, terjadi kemiskinan dan seterusnya," jelas Arif.
Jadi, lanjut Arif, ada keterkaitan yang sangat serius antara gizi dan ekonomi. “Bila suatu generasi tak disiapkan dengan kualitas fisik dan kecerdasan yang optimal, dampaknya karakter pribadi yang terbentuk takkan memadai. Karena itu, generasi mendatang perlu disiapkan secara serius untuk jangka panjang demi kemajuan bangsa. Dalam hal ini, peran penting sektor gizi perlu kita sadari.”
FEMA IPB berupaya merespons persoalan gizi tersebut dengan melakukan berbagai langkah kecil secara konkret. Di antaranya, bekerja sama dengan pihak swasta mengampanyekan Ayo Melek Gizi pada tahun 2011. Dalam program tersebut, sebanyak 4000 kader dari masyarakat sekitar kampus IPB dilatih atau dididik sehingga memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai gizi.
Selain itu, FEMA IPB juga menggagas program gizi untuk anak sekolah yaitu menggalakkan pentingnya sarapan. “Lebih dari 50 persen anak sekolah di Bogor tak sempat sarapan. Padahal, efeknya sangat banyak misalnya konsentrasi menurun, mengantuk sehingga memengaruhi kualitas belajar. Kami berupaya mengedukasi gizi kepada masyarakat agar membiasakan sarapan dan memberdayakan sumber daya lokal. Semoga kampanye ini bisa menjadi program nasional.”
Selain itu, kampanye penting lainnya adalah kantin sehat. Seperti kita tahu, jajanan di kantin-kantin sekolah belum tentu terjamin kebersihan dan gizinya. Karena itu, kantin sehat digagas agar anak-anak lebih aware terhadap jajanan atau makanan sehat.
Kemudian, ada juga mobil ‘curhat’ atau ‘antigalau’ yang beroperasi berkeliling ke masyarakat untuk melakukan edukasi dan konseling gizi. “Itulah hal-hal kecil yang kami lakukan semoga menjadi inspirasi secara nasional." (Hilman/dok. M&B)