Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, sepertinya hampir semua bayi ataupun batita, pernah mengalami diare. Diare biasanya ditandai dengan buang air besar lebih dari 3 kali sehari dalam jeda waktu yang dekat, dengan tektur yang lebih cair. Bila Si Kecil lemah bahkan terlihat tanda dehidrasi (seperti mata cekung, bibir pucat) dapat menjadi tanda bahwa anak Anda terkena diare.
Penyebab diare yang paling umum adalah infeksi pada usus yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit. Namun, penyebab terbanyak diare pada anak adalah Rotavirus, dan penelitian menemukan bahwa sebagian (30%) anak Indonesia yang mengalami diare karena Rotavirus juga mengalami intoleransi laktosa. Penelitian di negara lain bahkan mendapatkan angka kejadian intoleransi laktosa yang lebih tinggi, yakni sekitar 67% pada diare karena Rotavirus dan 49% pada diare non-Rotavirus.
“Apabila anak tidak mau makan dan minum, orangtua perlu mengusahakan asupan bernutrisi yang mudah diterima oleh anak. ASI dan cairan rehidrasi oral (oralit) adalah yang utama selain tambahan zinc. Selain itu, asupan nutrisi yang baik dapat mempercepat pemulihan fungsi usus normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap makanan yang masuk, serta memberikan energi untuk mempercepat proses pemulihan,” ujar DR. Dr. Ariani Dewi Widodo Sp.A(K) yang ditemui dalam acara #IndonesiaBebasDiare beberapa waktu lalu.
Banyak orang tua yang menganggap remeh bila Si Kecil terserang diare. Bahkan, masih ada yang percaya mitos mengenai diare yang beranggapan bila anak sering buang air besar selama beberapa jam, ia akan cepat berjalan ataupun berbicara. Padahal, mitos tersebut tidak benar. Segera bawa anak ke dokter bila Si Kecil sudah terlihat tanda-tanda berikut:
- Tidak mau makan dan minum.
- Buang air kecil sedikit, dan pekat.
- Diare disertai muntah yang berlebihan
- Buang air besar terdapat darah. (Seva/HH/Dok. freepik)