Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Ketika gigi akan tumbuh, Si Kecil biasanya rewel karena gusinya terasa "gatal". Sebagai solusi agar bayi merasa nyaman, Moms seringkali memberikan teether, yaitu mainan untuk digigit-gigit bayi. Akan tetapi, apakah teether tersebut aman untuk Si Kecil?
Boleh jadi Anda pun sering memberikan teether pada Si Buah Hati. Nah, sebaiknya Anda mulai waspada ya Moms karena menurut penelitian, seperti dikutip health.com, teether ternyata mengandung bahan kimia yang terlarang. Bahan kimia tersebut sama dengan yang digunakan pada botol susu bayi dan gelas minum untuk anak-anak yang kini sudah dilarang peredaran atau produksinya.
Terkait hal tersebut, peneliti di Amerika Serikat melakukan pengujian terhadap lima lusin teether. Hasilnya ditemukan ternyata semua teether yang diteliti tersebut mengandung bisphenol-A (BPA) dan zat kimia perusak endokrin dan hormon lainnya. "Studi pada hewan telah menunjukkan bahwa zat perusak endokrin itu dapat mengganggu hormon dan menyebabkan masalah pada perkembangan, reproduksi bahkan neurologis," papar sang peneliti, Kurunthachalam Kannan dan timnya dari dari Departemen Wadsworth Departemen Kesehatan AS.
Meski sebagian besar teether mencantumkan label bebas BPA atau tidak beracun, akan tetapi justru penelitian menunjukkan semuanya mengandung BPA. Perlu kita tahu, BPA dilarang penggunaannya pada peralatan minum anak-anak di Amerika Serikat dan sebagian besar Eropa. Peneliti juga menyebutkan, teether juga mengandung agen antimikroba triclosan dan triclocarban yang juga dapat menghambat hormon endokrin. "Hasil temuan ini dapat digunakan untuk menyusun kebijakan yang tepat untuk melindungi bayi dari paparan bahan kimia beracun yang ditemukan pada teether," papar peneliti.
Umumnya teether diberikan pada bayi agar ia merasa nyaman saat mengalami pertumbuhan gigi pada gusi, yaitu sekitar usia sekitar 3 sampai 7 bulan. Namun, pada permukaan mainan tersebut terkandung zat kimia yang diduga bisa membahayakan. Apalagi, bayi mengisap permukaan teether tersebut. Hasil penelitian ini dipublikasikan pada jurnal Environmental Science & Technology. (Hilman/dok.freepik.com)
BACA JUGA: