TOODLER

Anak Terlambat Bicara? Ini Cara Mendeteksinya!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


“Dok, anak saya kenapa, ya? Kok, bicaranya belum lancar.”

“Dok, anak saya kurang bawel, enggak seperti anak lain.”


Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sering muncul di tempat praktek dokter. Ya, persoalan gangguan/ keterlambatan bicara atau bahasa pada Si Kecil tentu perlu diperhatikan. Menurut, dr. Amanda Soebadi, Sp.A, dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM, seperti dikutip dari idai.or.id, keterlambatan bicara dan bahasa dialami sekitar 5-8% anak usia prasekolah.

Lalu, bagaimana cara mendeteksi anak mengalami masalah terlambat bicara? Yuk, kita kenali dulu tahapan perkembangan bicara yang normal pada anak:

Usia 0-6 bulan

Ketika lahir, bayi hanya menangis untuk menyatakan keinginannya. Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai bersuara seperti 'aah' atau 'uuh'. Ini dikenal dengan istilah cooing. Ia juga senang bereksperimen dengan berbagai bunyi yang dapat dihasilkannya, misal suara menyerupai berkumur. Bayi juga mulai bereaksi terhadap orang lain dengan mengeluarkan suara.


Setelah usia 3 bulan, bayi akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai mainan yang mengeluarkan suara. Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat berespons terhadap namanya sendiri dan mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing berangsur menjadi babbling, yakni mengoceh dengan suku kata tunggal. Misal, papapapapa, dadadadada, bababababa, mamamamama. Bayi juga mulai dapat mengatur nada bicaranya sesuai emosi yang dirasakannya, dengan ekspresi wajah yang sesuai.

Waspada bila bayi tidak menoleh jika dipanggil namanya dari belakang, tidak ada babbling.

Usia 6-12 bulan

Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang dan benda serta konsep-konsep dasar seperti 'ya, tidak, habis'. Saat babbling, ia menggunakan intonasi atau nada bicara seperti bahasa ibunya. Ia pun dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti mama dan papa tanpa arti.


Pada usia 9-12 bulan, ia sudah dapat mengucapkan mama dan papa (atau istilah lain yang biasa digunakan untuk ibu dan ayah atau pengasuh utama lainnya) dengan arti. Ia menengok apabila namanya dipanggil dan mengerti beberapa perintah sederhana, misal 'lihat itu, ayo sini'. Ia menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya. Misal, menunjuk, merentangkan tangan ke atas untuk minta digendong, atau melambaikan tangan. Ia suka membeo, menirukan kata atau bunyi yang didengarnya. Pada usia 12 bulan bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.

Waspada bila bayi tidak menunjuk dengan jari pada usia 12 bulan, ekspresi wajah kurang pada usia 12 bulan.

Usia 12-18 bulan

Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, dapat mengangguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan, menunjuk anggota tubuh atau gambar yang disebutkan orang lain, dan mengikuti perintah satu langkah misal 'Tolong ambilkan mainan itu'.

Kosakata anak bertambah dengan pesat. Pada usia 15 bulan ia mungkin baru dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, namun pada usia 18 bulan kosakatanya telah mencapai 5-50 kata. Pada akhir masa ini, anak sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-kata.

Waspada bila tidak ada kata berarti pada usia 16 bulan.

Usia 18-24 bulan

Dalam kurun waktu ini anak mengalami ledakan bahasa. Hampir setiap hari ia memiliki kosakata baru. Ia dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua kata (mama mandi, naik sepeda) dan dapat mengikuti perintah dua langkah. Pada fase ini anak akan senang mendengarkan cerita. Pada usia dua tahun, sekitar 50% bicaranya dapat dimengerti orang lain.

Waspada bila tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti pada usia 24 bulan

Usia 2-3 tahun

Setelah usia 2 tahun, hampir semua kata yang diucapkan anak telah dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah biasa menggunakan kalimat 2-3 kata - mendekati usia 3 tahun bahkan 3 kata atau lebih - dan mulai menggunakan kalimat tanya. Ia dapat menyebutkan nama dan kegunaan benda-benda yang sering ditemui, sudah mengenal warna, dan senang bernyanyi atau bersajak (misalnya Pok Ami-Ami).

Usia 3-5 tahun

Anak pada usia ini tertarik mendengarkan cerita dan percakapan di sekitarnya. Ia dapat menyebutkan nama, umur, dan jenis kelaminnya, serta menggunakan kalimat-kalimat panjang (>4 kata) saat berbicara. Pada usia 4 tahun, bicaranya sepenuhnya dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah dapat menceritakan dengan lancar dan cukup rinci tentang hal-hal yang dialaminya.


Apabila terdapat salah satu tanda waspada di atas, bawalah anak Anda ke dokter anak. Secara umum, pada usia berapapun, bawalah anak ke dokter jika ia menunjukkan kemunduran dalam kemampuan berbicara atau kemampuan sosialnya.

Penyebab keterlambatan bicara

Keterlambatan bicara dapat disebabkan gangguan pendengaran, gangguan pada otak (misalnya retardasi mental, gangguan bahasa spesifik reseptif dan/atau ekspresif), autisme, atau gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak sulit melafalkan kata-kata (dikenal sebagai gangguan artikulasi). Untuk menegakkan diagnosis penyebab keterlambatan bicara, perlu pemeriksaan yang teliti oleh dokter, yang terkadang membutuhkan pendekatan multidisiplin oleh dokter anak, dokter THT, dan psikolog atau psikiater anak.

Tata laksana keterlambatan bicara bergantung pada penyebabnya, dan juga melibatkan kerja sama antara dokter anak, dokter spesialis lain yang terkait, terapis wicara, dan tentunya orangtua.

Yang bisa dilakukan orangtua

Orangtua dan lingkungan terdekat memegang peranan penting dalam perkembangan bicara dan bahasa seorang anak. Kosakata anak berbanding lurus dengan jumlah kata yang didengarnya pada masa kritikal perkembangan bicaranya. Hal-hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mengoptimalkan perkembangan bicara dan bahasa anak antara lain:

  1. Rajin berbicara dan berkomunikasi dengan anak, dimulai pada masa bayi. Kapanpun, di manapun Anda berada bersama anak Anda, katakanlah apa yang sedang terjadi, apa yang sedang Anda lakukan, dan sebutkan nama benda-benda yang ditemui. Walau bayi yang sangat muda belum bisa berbicara, kata-kata yang didengarnya akan menjadi bekal dalam perkembangan bicara dan bahasanya!

  2. Membacakan cerita adalah cara yang baik untuk meningkatkan kosakata anak. Bayi dan anak kecil biasanya tertarik pada cerita yang bersajak. Sembari membaca, anak dapat diajak menunjuk gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk.

Keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa sebaiknya dapat dikenali oleh orangtua sedini mungkin, agar tata laksana yang diberikan dapat memaksimalkan kapasitas bicara dan bahasa yang dimiliki anak.