FAMILY & LIFESTYLE

Hati-hati, Kalori Berlebih dapat Sebabkan Obesitas


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Belum lama ini, Perhimpunan Dokter Gizi Media Indonesia (PDGMI) mengumumkan hasil riset Calorie Intake and Physical Study yang dilakukan kepada masyarakat di 5 kota besar yaitu Jakarta (Jakarta Timur), Bandung, Surabaya, Makassar dan Manado. Hasil studi itu menemukan bahwa pola konsumsi masyarakat perkotaan baik makan dan minum erat kaitannya dengan penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes dan penyakit kardiovaskular.

Studi dilakukan kepada 864 warga yang berusia 18-45 tahun. Hasilnya, asupan kalori mereka 51,4 persen disumbang oleh karbohidrat, 14,5 persen dari protein dan yang agak mengkhawatirkan 34,2 persen dari lemak. “Kalau lemak berlebih maka akan tertimbun dalam pembuluh darah dan menjadi penyakit seperti jantung,” ujar Helda Khusun, peneliti dari Southeast Asian Ministers of Education Organization - Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO-REFCON).

Jika dilihat dari kelompok makanan, asupan kalori itu didominasi oleh makanan berbahan dasar nasi sebesar 32,9 persen kemudian diikuti daging 10,6 persen. Makanan seperti mi, ikan dan minuman berperisa manis menyumbang kurang dari 10 persen kalori. “Fakta ini cukup menarik, karena ternyata minuman menyumbang kalori, padahal sebenarnya minuman seperti air putih tidak menghasilkan kalori,” ujarnya. Ini disebabkan karena masyarakat doyan mengonsumsi minuman seperti jus, kopi, teh botol, minuman rasa buah dan lain-lain. Sepertiga dari subjek juga ditemukan mengonsumsi gula tambahan lebih dari 25 gram per hari.

Selain itu, Helda juga mensurvei kegiatan fisik para subjek tersebut dan hasilnya menunjukkan tingkat aktivitas fisik orang dewasa di perkotaan sangat rendah hanya 28 persen yang melakukan kegiatan fisik aktif, 59,4 persen memiliki aktivitas fisik sedentari yang tinggi atau kegiatan tidak berpindah tempat. Dalam survei kegiatan sedentari itu diindikasikan menonton TV dan menggunakan komputer lebih dari 6 jam sehari.

Survei ini menunjukkan adanya kaitan erat antara aktivitas fisik dan obesitas. Laki-laki yang menonton TV atau bekerja dengan komputer lebih dari 6 jam per hari berisiko 1,5 kali lebih besar menjadi gemuk dan obesitas dibandingkan dengan yang kurang dari itu. Sementara untuk perempuan, kurangnya aktivitas fisik berisiko 2,7 sampai 3 kali lebih besar menjadi gemuk dan obesitas dibandingkan yang sering berolahraga.

“Nah, merujuk studi ini, sangat penting untuk menyeimbangkan asupan dan keluaran kalori untuk menghindari penyakit tidak menular seperti obesitas,” kata dr. Elvina Karyadi, ahli gizi dan ketua PDGMI DKI Jakarta. (Meiskhe/HH/dok.Pexels)