BUMP TO BIRTH

Perubahan Hormon Membuat Perut Bumil Ini Penuh Ruam


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Setiap ibu pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar. Sayangnya, hal itu tidak terjadi kepada seorang ibu bernama Jessica Williams, 23, asal Hampshire, Inggris. Ibu muda ini mengalami berbagai kondisi yang tidak mengenakkan, seperti morning sickness dan pembekuan darah saat hamil anak pertamanya, Ivy. Selain itu, muncul ruam merah dalam jumlah banyak di bagian perut. “Janin di dalam rahim ini seperti ingin membunuh saya. Ruamnya begitu gatal dan saya selalu terjaga di malam hari,” ujar Jessica yang sudah melahirkan putrinya 6 bulan lalu.

Sejak awal memang Jessica mengalami kondisi kehamilan yang sulit. Di kehamilan 7 minggu, ia menderita morning sickness yang sangat parah. Bahkan bisa muntah 10 kali dalam sehari. Untungnya, kondisi yang dialaminya itu tidak memengaruhi kesehatan janin. Dua bulan kemudian, ia menjalani pemeriksaan kesehatan dan oleh dokter didiagnosis menderita flu babi. Ia berhasil sembuh dalam waktu 2 minggu.

Meski merasakan sakit luar biasa, Jessica tetap mempertahankan kehamilannya. “Saat USG di usia kehamilan 20 minggu, saya senang mengetahui kalau janin di dalam perut saya berjenis kelamin perempuan. Saya mulai berbelanja perlengkapan bayi yang serba berwarna merah muda,” tuturnya.

Saat menginjak usia 28 minggu, Jessica tidak bisa duduk dan dadanya terasa sesak. Akhirnya, ia dibawa ke rumah sakit dan diketahui mengalami pembekuan darah yang dapat berakibat fatal pada paru-paru. Ia pun diberi obat pengecer darah oleh dokter. Di kehamilan 38 minggu, hal lebih buruk terjadi. Ruam merah hampir memenuhi seluruh bagian perutnya. “Ruamnya tampak seperti sulur dan tampak sangat mengerikan."

Seminggu kemudian, ruam itu menyebar hampir di seluruh tubuhnya dan berdarah jika tergores sedikit saja. Jessica didiagnosis mengalami plak kehamilan atau dikenal juga dengan sebutan letusan polimorfik kehamilan (PEP). Ini erat kaitannya dengan perubahan hormon. Oleh dokter, ia diresepkan antihistamin untuk mengatasi ruam. “Pada dasarnya tubuh saya menolak kehamilan. Setelah mengalami banyak komplikasi, saya bertanya-tanya apa lagi yang akan menimpa saya. Tetapi pada akhirnya, saya tahu bahwa bayi saya sangat bernilai untuk semua rasa sakit dan stres yang saya rasakan,” ungkapnya.

Setelah mengalami berbagai kesulitan kehamilan, Jessica akhirnya melahirkan putrinya Ivy pada September 2016. Ivy lahir dengan sehat dan berat badan normal. Ruam merah di perut Jessica pun perlahan-lahan memudar.

Dan, Anda tahu, Moms? Jessica ternyata tidak trauma dengan kondisi yang dialaminya. Ia berharap bisa memberikan adik kecil untuk Ivy suatu hari nanti. (Meiskhe/HH/dok.DailyMail)