Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Bukan rahasia lagi kalau aktris cantik Dian Sastrowardoyo, 34, adalah ibu yang tangguh. Ketangguhan itu didapat berkat didikan ibunya, Dewi Parwati Setyorini yang juga seorang ibu yang tangguh. Nah, virus itu kemudian ia ingin tularkan untuk kedua anaknya, Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo, 4 dan Ishana Ariandra Nariratana Sutowo, 3.
Pemeran Cinta dalam film Ada Apa dengan Cinta ini memiliki alasan tersendiri mengapa kedua anaknya harus tumbuh menjadi tangguh. “Berbeda sekali dengan masa kecil saya dahulu, sekarang hidup saya dan anak-anak sudah lebih enak. Tetapi dengan hidup yang seperti ini saya ingin anak-anak saya tidak manja, tetapi menjadi tangguh,” ungkap Dian di sela-sela acara kampanye Balikkan Ember untuk mencegah demam berdarah di Grand Hyatt, Jakarta Pusat pada Kamis (02/03).
Ia pun ingin mempersiapkan kedua anaknya untuk menghadapi dunia beberapa tahun ke depan, ketika anak-anaknya sudah dewasa. Dunia itu, kata Dian akan berbeda dengan masa kini, di mana kompetisi akan semakin sengit. Oleh karenanya, tak ada cara lain kecuali membekali putra dan putrinya dari sekarang.
Untuk membesarkan anak yang tangguh, Dian memiiki triknya sendiri, yaitu menerapkan kedisiplinan dan melakukannya secara konsisten. “Saya bisa saja lebih santai mendidik anak, tetapi saya lebih memilih untuk lebih disiplin. Disiplin itu sebenarnya sederhana dan ketika menerapkan sesuatu harus selalu konsisten,” ujarnya.
Beberapa contoh disiplin a la Dian adalah hanya membolehkan anak-anaknya mengonsumsi es krim di akhir pekan. Aturan itu ia lakukan secara konsisten, dengan tidak memberikan es krim untuk Shailendra dan Ishana di hari biasa. “Jadi anak-anak tahu, kalau es krim itu dimakan saat weekend saja. Kalau diberikan di hari lain, anak-anak akan bingung,” jelas Dian.
Hal lain yang diterapkan Dian adalah ketika anaknya jatuh tersandung sesuatu, ia akan memperingatkan anaknya untuk lebih berhati-hati dan tidak menyalahkan benda yang membuat anaknya tersandung, seperti yang dilakukan orangtua zaman dahulu.
Tegas dan konsisten seperti itulah yang terus ditetapkan Dian di dalam rumah tangganya sampai sekarang. Agar pola asuh itu seragam, Dian juga mengajak anggota keluarga seperti eyang, mertua, tante, paman, asisten rumah tangganya untuk berdiskusi mengenai penyeragaman hal yang boleh dan tidak boleh untuk anak-anak.
Namun bukan berarti selama ini Dian tidak mengalami kendala dalam mengasuh anak-anaknya. Ada kalanya ketangguhannya sebagai ibu diuji, terutama ketika anaknya tantrum dan sulit ditenangkan. Dian mengaku ikut frustasi merasakan kondisi anaknya itu. “Saya ajak anak-anak saya untuk berkomunikasi lebih intim sehingga mereka jadi lebih kooperatif dan bisa mengelola kecerdasan emosi yang dimilikinya,” tandasnya. (Meiskhe/HH/dok.SCJohnson)