Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Banyak orang tidak menyadari bahaya yang mengintai di balik penyakit diare pada bayi dan balita. Rotavirus merupakan virus berbahaya yang berperan penting di balik parahnya penyakit ini. Rotavirus ditemukan pertama kali pada 1973 oleh profesor Ruth Bishop, Director of the World Health Organization (WHO) Collaborating Laboratory for Research on Human Rotavirus dan Director of the National Rotavirus Surveillance Centre, Australia.
Faktanya, dari sekian banyak anak yang terkena diare, sebagian tidak dapat sembuh dan akhirnya meninggal. Profesor Yati Soenarto, dokter anak dan konsultan Gastroenterelogy dari Universitas Gajah Mada, melakukan penelitian pada para balita penderita diare, dan ternyata 38% anak ditemukan meninggal akibat Rotavirus yang terdapat pada feses mereka.
Diare akibat Rotavirus memang sulit dibedakan dengan diare biasa. Anda perlu waspada jika diare yang diderita Si Kecil memiliki ciri-ciri, seperti muntah-muntah, feses cair (mencret tanpa darah), dehidrasi, sakit perut, dan demam.
Sebagai penanganan, dokter biasanya akan memberikan zinc dalam bentuk tablet sebagai langkah pengobatan, dan bukan antibiotik, karena antibiotik justru akan membuat diare malah tidak kunjung sembuh. Namun, sebelum Anda membawa Si Kecil ke rumah sakit, ada baiknya beri dulu anak Anda oralit atau cairan rumah tangga seperti air garam, air gula, atau sup sebagai tindakan pertolongan pertama untuknya. Si Kecil juga tetap harus mengonsumsi makanan.
Rotavirus bisa dicegah dengan pemberian ASI eksklusif, karena terbukti memiliki zat anti-Rotavirus. Selain itu, perhatikan pula higienitas Si Kecil, misalnya dengan mencuci bersih semua alat makan dan minum Si Kecil. Rotavirus memang mudah menular dari satu anak ke anak lain. Cara penularan virus ini bisa melalui makanan yang terkontaminasi atau kontak langsung antara penderita. (Aulia/OCH/doc.M&B)