Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Banyak alat bantu yang digunakan dokter dalam persalinan sesuai kondisi yang sedang ditanganinya. Salah satu alat yang sering dipakai adalah vakum. Ada 2 jenis indikasi yang menjadi alasan penggunaan vakum ini, yaitu indikasi ibu dan indikasi janin.
Indikasi ibu terjadi jika ibu mengalami kelelahan mengejan, ibu mengejan terlalu lama (lebih dari 1 jam untuk anak ke-2 dan lebih dari 2 jam untuk anak pertama), atau penyakit bawaan ibu yang tidak memungkinkan ia mengejan terlalu lama. Ada pula yang disebut dengan inersia, yaitu keadaan di mana ibu tiba-tiba kehilangan rasa mulas saat mengejan.
Sementara, indikasi janin adalah terjadinya gawat janin, seperti saat denyut jantung janin melemah ketika ibu mengejan, padahal pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah terlihat. Dalam kondisi ini, janin harus segera dilahirkan, karena kalau ia berada terlalu lama di dasar panggul, ia bisa kekurangan oksigen saat melalui jalan lahir.
Prosedur Vakum
Untuk prosedurnya, Anda akan diberi bius lokal dengan suntikan lidokain sebelum dokter memasukkan vakum. Untuk vakum rendah (posisi kepala janin sudah turun ke jalan lahir), prosesnya berlangsung sekitar 5-10 menit. Jika bayi prematur, ia tidak boleh divakum karena tengkorak kepalanya masih muda. Begitu pula dengan bayi sungsang, karena posisi janin yang melintang tidak memungkinkan dicapai oleh vakum.
Efek Samping dari Vakum
Secara umum, vakum dapat menyebabkan bengkak pada lapisan kulit kepala bayi dan terjadi jika sedotan vakum terlalu kuat. Tetapi normalnya, bengkak tersebut akan hilang dalam 4 hari dan dapat lebih cepat jika dikompres. Risiko yang paling sering terjadi pada bayi yang divakum adalah asfiksia atau kekurangan oksigen saat melalui jalan lahir (baca juga artikel ini). Sementara, risiko yang dapat terjadi pada ibu adalah robekan atau luka pada jalan lahir.(Lydia Natasha/DC/Dok. M&B UK)