FAMILY & LIFESTYLE

Kebahagiaan Seseorang Terkait dengan Otak?


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Selama ini, orang-orang menganggap bahwa kebahagiaan hanya bisa dilihat melalui kondisi hati. Ternyata, sekelompok ilmuwan dari Kyoto University menemukan, kebahagiaan dapat terlihat dari salah satu bagian di otak manusia yang disebutprecuneus.

Kadar kebahagiaan ini bahkan disebut bisa terdeteksi dalam tes MRI! Saat emosi positif dan rasa kepuasan dalam hidup muncul secara bersamaan, tandanya pun akan terlihat di bagian precuneus dalam otak. Meskipun saat ini mekanisme bagaimana kebahagiaan bisa muncul dari dalam otak masih belum jelas, tetapi para peneliti menduga hal ini ada kaitannya dengan pikiran manusia secara sadar.

“Jika penelitian terus dikembangkan, ini akan menjadi penemuan besar untuk mengukur tingkat kebahagiaan seseorang secara objektif. Saya juga senang karena saat ini kita bisa lebih banyak tahu bagaimana cara hidup bahagia,” tutur Dr. Wataru Sato, psikolog kognitif dari Kyoto University, dilansir dari Daily Mail.

Beberapa studi juga menunjukkan, emosi positif dan kepuasan seseorang terhadap hidupnya bisa menambah area abu-abu di dalam precuneus. Semakin besar area abu-abu, maka dapat dipastikan orang tersebut semakin bahagia. Dalam penelitian ini, ditunjukkan pula bahwa beberapa orang sering kali merasa lebih bahagia ketika mereka berpikir bahwa mereka dihargai, disenangi, dan dihormati. Seperti saat menerima pujian, area abu-abu pada precuneus seseorang pasti akan meluas.

Precuneus ditemukan di bagian tengahlobulus parietalis pada otak manusia, tepatnya di bagian atas agak ke belakang otak manusia. Bagian ini berkaitan pula dengan memori episodik, sensasi tubuh, refleksi diri, dan beberapa akses kesadaran. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Report ini juga mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki area abu-abu lebih besar pada bagian otak belakangnya, merasakan kebahagiaan yang lebih intens dan jarang berlarut-larut dalam kesedihan. Mereka dinilai lebih mampu bangkit dan mudah memaknai setiap kejadian dalam hidupnya. (Aulia/DC/Dok. M&B)