Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Meski sudah berusaha hidup sehat, setiap perempuan tetap berisiko mengalami kanker serviks (meski kadarnya rendah). Hal ini terjadi karena serviks termasuk anggota tubuh bagian dalam. Namun, kanker serviks sering kali terlambat terdeteksi. Menurut Prof. Dr. dr. M. Farid Aziz, Sp.OG (K), kebanyakan pasien kanker berobat saat telah memasuki stadium akhir.
“Saya lebih sering menangani pasien stadium lanjut, sehingga pengobatannya menjadi lama atau bahkan tidak dapat lagi diobati. Kondisi di negara berkembang, termasuk Indonesia, memang berbeda dengan kondisi negara-negara maju. Di negara maju, kaum perempuannya memiliki kesadaran tinggi untuk melakukan deteksi rutin, sehingga kanker serviks bisa diketahui pada stadium awal. Artinya, tingkat keberhasilan pengobatannya pun akan tinggi,” jelas Prof. Farid.
Idealnya, setiap perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual melakukan tes rutin, paling tidak setahun sekali. Bagaimana tesnya? Ada 2 cara untuk melakukan deteksi dini ini. Cara pertama adalah dengan rutin melakukan pap smear. Pemeriksaan mikroskopis terhadap apusan jaringan dari bagian serviks itu dapat mendeteksi gejala kanker dengan keakuratan 90 persen. Biaya pemeriksaan pap smear tidak mahal, namun banyak perempuan Indonesia belum memiliki kesadaran untuk melakukannya.
“Padahal tes ini mudah dan tidak menyakitkan. Dan, hanya perlu dilakukan setahun sekali atau 2-3 tahun sekali, jika pada 3 kali berturut-turut hasil pap smear-nya menunjukkan hasil negatif terhadap HPV. Di negara maju, tes ini menyebabkan penurunan angka kematian karena kanker serviks hingga 50 persen,” jelas Prof. Farid Aziz.
Cara kedua, yang lebih mudah dan murah adalah dengan metoda Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) 3-5%. Tes ini dapat dilakukan di mana saja dan hasilnya dapat diperoleh langsung. Cara melakukan tes ini pun sederhana, yaitu dengan melihat langsung leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat. Jika leher rahim tidak berubah warna, artinya serviks tidak mengalami gangguan. Tanda bahaya adalah bila leher rahim berubah menjadi merah dan timbul plak putih yang artinya sudah ada gejala pra kanker.
Karena sifatnya hanya deteksi, pap smear dan IVA tidak dapat mencegah kanker serviks. Artinya, jika seorang perempuan diketahui terinfeksi HPV, ia harus segera mendapat pengobatan invasif. Tapi ya itu tadi, keuntungan deteksi dini adalah jika perempuan mengalami masalah, ia dapat segera diobati. (SR/Aulia/DC/Dok. M&B)