Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Bakteri Haemophilus influenza tipe b (Hib) cukup berbahaya dan umumnya menjadi penyebab penyakit menignitis dan pneumonia pada bayi dan balita. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), banyak anak-anak dan orang dewasa sehat yang memiliki bakteri Hib dalam tenggorokan mereka tanpa disadari dan menularkannya kepada orang lain.
Bakteri ini nantinya akan masuk ke dalam aliran darah, paru-paru, selaput otak, sehingga mengakibatkan berbagai masalah serius, seperti radang selaput otak atau meningitis, radang paru atau pneumonia, bengkak pada tenggorokan hingga menyebabkan kesulitan bernapas, infeksi darah, sendi, tulang, dan selaput jantung, hingga kematian.
Dengan pemberian vaksin Hib pada bayi usia 2, 4, dan 6 bulan, kemudian diulang pada usia 1 tahun sampai 1 tahun 3 bulan, penyakit Hib dapat dicegah. Vaksin ini diberikan 3 atau 4 dosis, tergantung dari usia Si Kecil. Selain itu, vaksin ini pun aman diberikan sebagai bagian dari vaksin kombinasi yang disatukan menjadi 1 kali injeksi. Vaksin Hib tidak boleh diberikan pada bayi berusia di bawah 6 minggu dan tidak diharuskan pada anak di atas usia 5 tahun, kecuali bila ia akan menjalani operasi pengangkatan limpa atau setelah transplantasi sumsum tulang.
Efek samping yang terjadi setelah Si Kecil diberikan vaksin Hib umumnya adalah kemerahan, rasa panas, atau bengkak pada area kulit bekas injeksi serta demam selama 2-3 hari. Kendati demikian, jika ada tanda-tanda reaksi alergi berat, misalnya gatal-gatal, bengkak pada wajah dan tenggorokan, sulit bernapas, denyut jantung meningkat, pusing, lemas, atau demam Si Kecil sangat tinggi beberapa jam setelah vaksinasi, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan. (Sagar/DT/Dok. M&B)