Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Bobot Si Kecil terlalu kecil atau terlalu besar saat dilahirkan? Apakah hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembangnya kelak? Simak ulasan berikut.
Berat bayi saat lahir sangat tergantung pada 2 keadaan, yaitu usia kehamilan saat persalinan dan kecepatan pertumbuhan bayi dalam kandungan, sejak pembuahan (konsepsi) hingga lahir. Itulah mengapa bayi yang dilahirkan di usia kehamilan 37 minggu memiliki berat yang berbeda dengan bayi yang dilahirkan di usia kehamilan 40 minggu.
Dr. Ariani Dewi Widodo, SpA dari Tania Kids Center mengatakan bahwa berat ideal seorang bayi yang cukup bulan berkisar antara 2.500 hingga 4.000 gram. Angka ini bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor umum berikut:
- Genetik dan ras orang tua
- Berat dan tinggi badan ibu sebelum hamil
- Kualitas aliran plasenta
- Asupan makanan selama kehamilan
- Merokok saat hamil
- Mengalami kehamilan kembar
- Adanya infeksi dalam kandungan
- Mengalami hipertensi atau eklampsia pada ibu hamil
- Ibu hamil yang menggunakan obat-obatan terlarang
Lahir Kecil Lebih Baik?
Bayi disebut lahir dengan berat rendah (small for gestational age) apabila beratnya kurang dari 2.500 gram. Berat rendah ini dibagi lagi menjadi 3 kategori, yaitu:
- Berat lahir rendah (low birth weight), jika berat bayi kurang atau sama dengan 2.500 gram.
- Berat lahir sangat rendah (very low birth weight), jika berat bayi kurang atau sama dengan 1.500 gram.
- Berat lahir amat sangat rendah (extremely low birth weight), jika berat bayi kurang dari 1.000 gram.
Dr. Ariani menjelaskan bahwa biasanya, bayi lahir dengan berat badan rendah disebabkan oleh 2 hal, yaitu lahir prematur dan lahir cukup bulan namun berat badannya kurang karena masalah pertumbuhan dalam kandungan. Bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan menurut masa gestasinya (usia kehamilan normal), yaitu 37-41 minggu. Dibanding bayi yang lahir normal, bayi prematur memang cenderung bermasalah. Dengan prematurnya masa gestasi, dapat menyebabkan ketidakmatangan pada beberapa sistem organ, misalnya sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem peredaran darah (jantung), sistem pencernaan, dan sistem saraf pusat (otak). Ketidakmatangan pada sistem-sistem organ itulah yang membuat bayi prematur cenderung mengalami kelainan-kelainan dibanding bayi normal.
Beberapa kelainan yang umumnya dialami oleh bayi prematur adalah;
- Sindrom gangguan pernapasan. Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru sehingga jumlah surfactant (cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Hal ini menyebabkan paru-paru tidak dapat berkembang sempurna.
- Perdarahan otak. Ini biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi prematur yang lahir kurang dari 34 minggu. Karena perdarahan otak inilah, bayi prematur biasanya tumbuh menjadi anak yang relatif kurang cerdas dibanding anak yang lahir normal.
- Kelainan jantung. Kelainan yang sering terjadi pada jantung adalah patent ductus arteriosus , yaitu kondisi saluran yang menghubungkan pembuluh darah utama (aorta) dengan pembuluh darah di paru-paru tidak menutup sempurna.
- Kelainan usus yang menyebabkan imaturitas dalam penyerapan nutrisi.
- Anemia.
- Infeksi.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah karena gangguan penyerapan nutrisi dalam kandungan, menurut berbagai penelitian, akan berisiko terserang penyakit jantung iskemik, hipertensi, penyakit paru obstruktif, dan diabetes pada usia dewasa. Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa dalam jangka panjang, sebagian anak akan menunjukkan kelambatan dalam perkembangan neurologis (tumbuh kembang) dan kognisi. Gangguan dan kelainan-kelainan ini tidak selalu terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Oleh karena itu, pemberian ASI sangat disarankan bagi bayi yang masuk kategori ini. Nutrisi yang terkandung dalam ASI sangat lengkap dan mudah diserap oleh tubuh sehingga anak yang lahir dengan berat badan rendah karena gangguan penyerapan nutrisi selama kehamilan, mampu mengejar ketinggalannya dari bayi normal.
(OCH/ Dok. Free Digitalphotos)